"Kaluna punya gaji 6 juta dan bisa nabung sampai 300 juta selama 8 tahun itu gimana caranya?"
Kira-kira beginilah kutipan tweet di X yang cukup viral di minggu pertama pemutaran film Home Sweet Loan yang dibintangi oleh Yunita Siregar. Film yang diangkat dari novel laris karangan Almira Bastari ini rupanya cukup sukses menarik perhatian terutama para gen Z yang memang terkenal sangat kritis. Padahal Kaluna di novel ini termasuk dalam gen Millenial karena lahir di tahun 92 atau 93.
Saya sendiri sebelum menonton film ini sudah terlebih dahulu membaca novelnya. Mulanya saya kira novel Home Sweet Loan ini bercerita tentang pasangan yang ingin mencari rumah dan ceritanya seasyik novel Almira yang saya baca sebelumnya seperti Resign atau Ganjil Genap. Ternyata saya salah besar. Sepanjang membaca novel ini saya cuma bisa ngebatin duh hidup Kaluna kok gini amat ya? Sedih banget bacanya. He. Nah, selain bikin ngebatin ternyata novel ini membuat saya lebih tahu tentang perhitungan KPR karena dalam novelnya Almira Bastari juga menyelipkan beberapa teori keuangan.
Lalu bagaimanakah kisah dari Home Sweet Loan sendiri? Bagi kamu yang belum menonton filmnya bisa baca review ini hingga selesai yaa!
Review film Home Sweet Loan
Home Sweet Loan berkisah tentang Kaluna, seorang gadis metropolitan yang bekerja di sebuah perusahaan besar di Jakarta. Ia adalah anak bungsu dari 3 bersaudara yang tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga kakak-kakaknya. Sayangnya, tak seperti anak bungsu pada umumnya yang biasanya dimanja, Kaluna malah harus lebih sering mengalah kepada kakak-kakaknya yang meski sudah dewasa dan berkeluarga namun masih tinggal di rumah orang tua mereka yang tak sebegitu luas.
Jadilah selama bertahun-tahun 3 keluarga ini hidup bersama dengan segala keriwehannya. Tambahan lagi kedua kakak Kaluna memiliki anak-anak yang pastinya selalu membuat rumah berantakan dan sebagai satu-satunya lajang di rumah kadang Kaluna harus mengalah dengan keperluan kedua kakaknya. Bahkan belakangan ia juga harus merelakan kamarnya dipindah ke kamar belakang karena 2 keponakannya yang ingin memiliki kamar sendiri.
Dengan kondisi keluarga seperti ini, Kaluna pun memiliki mimpi untuk bisa memiliki rumahnya sendiri tempat ia bisa menghabiskan waktu. Karena itulah dia mati-matian menabung dan berhemat untuk bisa membeli rumah. Ini mengingat harga rumah yang ditaksir Kaluna berada di kisaran harga yang cukup mahal. Dan setelah uang tabungan ini terkumpul, mulailah Kaluna bergerilya mencari rumah impiannya.
Kaluna sendiri memiliki 3 orang sahabat sekaligus rekan kerja yang sudah dikenalnya sejak masih SMA. Ada Tanisha yang sudah menikah dan memiliki seorang anak, Kamamiya yang selalu fashionable dan bermimpi menjadi influencer sukses serta Danan, satu-satu pria di geng tersebut yang bisa dibilang high quality jomblo dan green flag banget (versi film sih).
Nah, bersama dengan ketiga sahabatnya inilah Kaluna mencari rumah impiannya dengan berbagai kisahnya. Ada yang rumahnya ternyata ukuran tanahnya sangat sempit hingga rumah yang ternyata bekas TKP pembunuhan. Setelah mencari ke sana ke masi akhirnya Kaluna pun menemukan sebuah rumah yang benar-benar sesuai dengan impiannya baik dari lokasi maupun desainnya. dan ia pun siap untuk menggunakan uang tabungannya untuk membeli rumah.
Sayangnya mimpi Kaluna untuk bisa memiliki rumah sendiri harus digantung ketika ia mengetahui kalau sang kakak kembali berulah hingga membuat keluarga mereka menanggung hutang sebanyak 300 juta, angka yang sama dengan uang tabungannya. Parahnya lagi, kakaknya sudah menjadikan surat tanah ayahnya untuk dijadikan jaminan. Apakah akhirnya yang dilakukan Kaluna? Apakah kali ini lagi-lagi ia harus mengalah untuk kepentingan kakaknya?
Home Sweet Loan dan Kedekatannya dengan Kehidupan Kita
Sebagai sebuah film yang diangkat dari sebuah novel, Home Sweet Loan bisa dibilang sukses mencuri perhatian. Isu tentang pencarian rumah dan pengaturan finansial dalam film ini benar-benar sukses menarik perhatian penonton. Apalagi dengan narasi Kaluna yang kerja dengan gaji 6 juta dan bisa menabung sampai 300 juta dalam waktu 8 tahun. Pastinya orang-orang jadi penasaran dong dengan tips dan triknya.
Saya sendiri awalnya ingin menonton film ini karena sudah terlebih dahulu membaca novelnya dan penasaran bagaimana kisah hidup Kaluna di novel ini jika difilmkan. Jujur ya, selama membaca novelnya saya sukses dibuat kesal dengan perlakukan keluarga Kaluna terutama ibunya yang selalu meminta Kaluna untuk mengalah. Selain itu novel Home Sweet Loan juga memberikan saya banyak insight terkait suka duka pencarian rumah di Jakarta serta bagaimana cara menghitung uang untuk membeli rumah ini terutama jika ingin mengambil KPR.
Setelah menonton filmnya, bisa dibilang saya sangat puas karena proses pemindahan cerita dari novel ke film tidak jauh berbeda. Bahkan versi film ini benar-benar menggambarkan secara detail bagaimana rumah Kaluna dan kamarnya yang berada di belakang yang begitu sempit. Meski tentu saja ada beberapa bagian di novel yang tidak ditampilkan atau sedikit ada perbedaan cerita, hal ini tidak mengurangi esensi dari kisah Kaluna.
Terkait kedekatan kisah Kaluna dengan para penontonnya, selain dari yang saya baca dari review di media sosial, saya sendiri juga ternyata melihat sendiri kebenarannya meski bukan dari sisi saya pribadi. Jadi ketika saya menonton film ini, saya duduk bersebelahan dengan penonton lain yang kebetulan juga menonton sendirian bersama saya.
Kami masuk bersama-sama dan ternyata selama film berlangsung penonton di sebelah saya ini menangis dan bahkan sempat mengangsurkan tisu kepada saya. Dia sempat menghubungi temannya lewat telepon dan berkata kalau kisah Kaluna sangat menggambarkan kondisinya sekarang. Tentu saja saya tidak tahu kondisinya seperti apa, namun dari tebakan saya adalah sebagai anak yang harus selalu mengalah dalam keluarga.
Pesan Parenting dari film Home Sweet Loan
Selain isu yang memiliki kedekatan dengan kehidupan para penontonnya, dari segi parenting sendiri, film Home Sweet Loan ini mengingatkan saya akan banyak hal terutama sebagai orang tua. Beberapa pesan parenting yang bisa diambil film Home Sweet Loan ini antara lain:
Ajarkan anak untuk bertanggung jawab
Pesan parenting pertama yang bisa saya ambil dari film Home Sweet Loan adalah pentingnya mengajarkan anak kita untuk bisa bertanggung jawab. Di keluarganya, kedua kakak Kaluna tidak pernah membantu pekerjaan rumah seperti mencuci piring bekas makan dan juga mainan anak-anak mereka dengan alasan sibuk mengurus anak. Akhirnya Kaluna yang harus melakukan pekerjaan ini karena posisinya yang masih lajang. Bahkan ibunya juga tidak pernah tega memerintah kakak-kakak Kaluna untuk membantu pekerjaan rumah padahal mereka sudah dewasa.
Sebagai orang tua, pastinya penting sekali bagi kita untuk bisa mengajarkan tanggung jawab kepada anak. Ini bisa dimulai dari hal terkecil seperti meminta anak membereskan mainannya sendiri atau membawa piring bekas makan sendiri ke dapur dan kalau bisa cuci sendiri piring tersebut. Dengan membiasakan hal ini sejak kecil pastinya akan membuat anak terbiasa untuk bertanggung jawab pada pekerjaan rumah ketika sudah dewasa.
Jangan selalu memaklumi kesalahan anak
Pesan ke dua yang bisa saya ambil dari film Home Sweet Loan adalah jangan selalu memaklumi kesalahan anak. Misalnya anak kita membuat keributan di masjid dan ketika ditegur kita malah membela diri dengan berkata, "Namanya juga anak-anak." Padahal seharusnya memang anak diberi tahu kalau masjid adalah tempat beribadah dan anak sebaiknya bisa bersikap baik di sana. Dengan selalu memaklumi kesalahan anak akan membuat mereka tidak bisa membedakan mana hal yang benar dan mana yang salah dan juga menyepelekan berbagai hal dan pastinya akan berdampak saat anak dewasa nanti.
Setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang yang sama dari orang tuanya
Sebagai orang tua, kita juga sebaiknya bisa memberikan kasih sayang yang seimbang pada anak-anak kita. Meski mungkin ada anak yang lebih membanggakan dibanding anak lain, jangan sampai kebanggaan ini membuat anak lain merasa tersisih. Dalam film Home Sweet Loan, Kaluna yang terlahir sebagai
anak bungsu ternyata malah dipaksa untuk harus
selalu mengalah kepada kakaknya dengan berbagai alasan. Ini pada akhirnya bisa membuat Kaluna
merasa orang tuanya tidak memberikan kasih sayang yang sama kepada
dirinya dibandingkan dengan 2 kakaknya.
Itulah dia review dan beberapa kesan yang saya dapat setelah menonton film Home Sweet Loan. Semoga bermanfaat bagi teman-teman sekalian!
Baca Juga
34 Comments
sekilas kubaca home sweet home ternyata home sweet lone hehe unik ya kisahnya jadi kepo mau nonton filmnya
ReplyDeleteFilm ini sarat akan makna ya mbak. Relate sama kehidupan di masyarakat sekitar kita. Sandwich generation yang kadang susah untuk diputus mata rantainya
ReplyDeleteRame di X soal Kaluna dan sebagian besar heran, gaji segitu memang bisa terkumpul tabungan sebesar itu. Padahal kalau diniati memang bisa. Aku sama suami dulu gitu...hemaaaat banget karena pengin punya rumah sendiri (di Jakarta lagi). Dan Alhamdulillah kesampaian.
ReplyDeleteMaka kisah Kaluna dan Home Sweet Loan pantes jadi edukasi bagi semua terutama orang tua dan anak muda. Supaya bisa menginspirasi terkait pola pengasuhan juga pengelolaan keuangan.
Salut buat Kaluna yang bisa menabung 300 juta dalam 8 tshun, dengan gaji 6 juta per bulan. Jadi penasaran dengan ending film ini kak, gimana akhirnya? Jadi beli rumah atau tidak ya?
ReplyDeleteMeskipun saya belum lihat film ini, tapi ceritanya bener- bener mengiris banget gitu. Hanya gaji 6 juta, dia bertekad ngumpulin duit 300 juta. Bahkan dia rela gak jajan, gak minum kopi. Pokoknya nabung, nabung. Dan kisahnya Kaluna ini beneran menginspirasi buat saya sendiri yang masih suka boros. Harusnya bisa dong saya segera dapatkan 300 juta juga karena karena nominalnya lebih gede dari Kaluna. Bismillah segera punya rumah sendiri.
ReplyDeleteDaku belum nonton filmnya. Baru nyimak ulasan dari temen-temen yang rata-rata bilang bagus. Apalagi juga banyak pesan moral yang bermanfaat.
ReplyDeleteBeberapa bulan lalu, saya baca sebentar novel ini di Gramedia. Baca di buku yang tidak disampul itu. Pengin beli, tapi malah memutuskan beli buku yang lain. Eh ternyata difilm-kan yaaa..jadi pengin beli novelnya deeh.
ReplyDeleteOh ya, kemarin lusa saya lihat channel volix di YT tentang keluarga yang harus tidur bergiliran. Bukan karena berjaga menunggui sesuatu, tapi karena sempitnya rumah yang memaksa kondisi itu. Mirissss yaaaaa... tapi itulah fakta.
Kisahnya relate banget yaa, ka Antung.
ReplyDeleteTapi aku kadang memikirkan cara pengasuhan ini untuk bisa deliver ke anak-anak dan akhirnya bisa menjadi karakter. Aku pikir setiap orangtua gak ada yang pingin membeda-bedakan dalam pengasuhan. Tapi delivered message-nya bisa beda-beda.
Ini bisa dibilang semacam "tiap anak, membawa kisah"nya masing-masing gitu ga, ka Antung...?
Jadi banyak evaluasi yaa.. dari nonton film.
Akupun jadi kepikiran dari point-point yang ditulis ka Antung. Suka banget tulisan reviewnya, ka..
Haturnuhun.
Yang bikin unik malah karena Kaluna ana bungsu ini lo..
DeleteAku sebagai anak bungsu berasa tidak relate, karena biasanya orangtua atau keluarga nge-treat anak bungsu itu beda dari kakak-kakaknya.
Jadi pingin nonton banget..
Semoga segera masuk OTT, ehehe..
Aaahh menariiikkk....
ReplyDeleteTemanku juga pernah nanya, dia pengen nonton ini tapi takut terlalu relate sama kenyataan, soalnya dia memang sandwich, hehe.
Well, sebetulnya ya relate ke semua orang kebanyakan kok. Nonton ini malah bisa jadi pelajaran gimana kita bisa mendapatkan sesuatu dengan tekad baja meski dalam keterbatasan.
Cerita Kaluna ini bisa jadi inspirasi ya. Dengan gaji 6 juta sebulan, dia bisa ngumpulin 300 juta dalam 8 tahun. Manajemen keuangannya pasti bagus banget, gak mudah terbawa arus gaya hidup anak muda sebayanya.
ReplyDeleteJadi penasaran dengan endingnya, uang 300 juta itu jadi dibeliin rumah atau untuk mengatasi masalah keluarganya?
Jujur, ku kurang tertarik nonton film ini, khawatir mudah ditebak alurnya:) tapi, baca review di sini, jadi penasaran, hahahaha. Makasih ya, udah bikin penasaran.
ReplyDeleteSaya juga belum nonton Mak Puh, karena belum berkesempatan hehe.
DeleteWalau mungkin sih iya memang, alur ceritanya mudah ditebak ya
Kalau saya jadi Kaluna, ya saya akan menyimpan uang tabungan sendiri. Biar kakak bertanggung jawab dengan permasalahannya.
ReplyDeleteMeski risikonya bisa dikeluarkan dari keanggotaan di kartu keluarga
wuah aku belum nonton langsung filmnya, kebanyakan liat review yang ada di tiktok, kayaknya kalo aku nonton langsung bakalan nangis sih
ReplyDeleteKebangetan ya kakak2 Kaluna, sudah berumah tangga koq ga ada tanggung jawabnya. Nelangsa banget klo jadi Kaluna gitu. Modelan Kaluna gini bisa sukses di masa depan karena telah menjadi anak yang tangguh seumur hidupnya.
ReplyDeleteSebagai generasi sandwich, aku sangat relate dengan kisah Kaluna ini
ReplyDeleteTapi g separah harus tanggung jawab sama urusan rumah tangga saudara, ogah banget aku klo gitu
Hehee
Akhirnya aku nemu review lengkapnya Home Sweet Loan di sini. Beberapa kali lihat cuplikannya di media sosial.
ReplyDeleteTapi memang kondisi kayak kakak Kaluna tuh beneran ada lho mbak, saya pun pernah nemuin kondisi begini, dalam satu rumah ada beberapa pasangan rumah tangga
Belum nonton filmnya, tapi memang film ini bagus banget. Mengajarkan kita untuk mengelola keuangan dengan baik.
ReplyDeleteKisah yang menarik! Apalagi untuk masalah keluarga dan saudara kandungnya. Pasti menguras emosi, heheh
ReplyDeleteNewsartstory
Kisah hidup keluarga begini sudah sangat relate ya kak, sampai bisa jadi template konflik juga di novel2 KBM. hehe.
ReplyDeleteAkhirnya ada yang mereview film ini....belum sempat nonton filmnya....memang series seperti ini layak diviralkan biar generasi bisa tahan banting sengen segala keadaan
ReplyDeleteIya film ini viral banget di TikTok, jadi pengen nonton tapi nggak ada teman, apa harus nonton sendiri juga? Ternyata selain pesan mengelola keuangan, ada juga pesan parenting di film ini, makasih reviewnya mbak~
ReplyDeleteJadi penasaran nih sama novel dan filmnya, sepertinya banyak insight yang akan saya peroleh seperti review mbak. Cuzz ke Ipunas dulu cari novelnya ah, suka denga karya Almira saya tuh
ReplyDeleteBeberapa kali buku ini mampir di beranda IGku dari banyak bookstagramer dan reviewnya rata-rata positif. Pengen jadinya baca bukunya dan lihat filmnya, se-related apa sama kehidupan kita. :D
ReplyDeleteEmang harusnya cerita yang ada muatan edukasi kayak gini yang diangkat jadi novel ataupun film. Supaya mendidik masyarakat juga.
ReplyDeleteManajemen keuangannya perlu ditiru banget ini. Sebenernya yang bikin boros itu gaya hidup, kebanyakan hang out, dan nongki-nongki jajan ga perlu.
ReplyDeleteSedih juga ya jadi kaluna. Dan yang sering terjadi, karena orang tua yang kurang tegas, akibatnya salah satu anak pun harus berkorban banyak. Gak kebayang kesalnya kaluna saat tahu rumah orangtuanya digadaikan kakaknya. Sepertinya cerita semacam ini kadang bisa dijumpai juga ya di sekitar kita.
ReplyDeleteDi X ramee banget film ini, banyak juga yang berdiskusi tentang gimana cara Kaluna bisa punya tabungan 300 juta dengan gaji 6 juta dalam waktu 8 tahun saja. Yang pastinya Kaluna bukan tipe impulsif buying saat event tanggal kembar ehehehe. Salut juga sih sama Kaluna, di tengah kondisi keluarga yang seperti itu, dia bisa jadi yang berbeda. Nggak sama seperti kakak-kakaknya yang manja. Setidaknya masih ada satu orang 'waras' di keluarga tersebut.
ReplyDeleteSoal Home Sweet Loan ini saking viralnya sampai dibahas para mentor bisnis dan finansial lho. Aku sempet baca juga di storynya mbak Prita Ghozie tentang cara ngelola keuangan ala Kaluna ini. Berat ya, jadi Kaluna. Tapi dari tempaan itu, dia terlihat paling bertumbuh diantara saudara2nya
ReplyDeleteAku suka banget sama novelnya iniiii. Tapi aku belum nonton filmnya. Rame filmnya mungkin karena banyak yang relate ya. Tapi aku selalu suka sama cara Almira menulis ceritanya yang relate dan tetap lucu.
ReplyDeleteFilmnya bisa buat contoh para Genz supaya bisa pintar ya dalam mengelola penghasilan tiap bulannya bagis sih ya banyak maknanya
ReplyDeleteFilm ini akhir-akhir kmaren jadi rame perbincangan di x. Kaluna bisa nabung sampe segitu soalnya.
ReplyDeleteKeren juga ya, film ini bisa bikin kita mikir soal keuangan. Juga bikin curious, gimana Kaluna bisa nabung segitu?
ReplyDelete