Suka Duka Ibu Bekerja yang Membawa Bekal Makan Siang




Dalam beberapa novel metropop yang saya baca, tak sedikit adegan atau bagian cerita yang menggambarkan suasana makan siang tokoh utama wanitanya. Kadang adegan makan siang ini diperlihatkan di tempat makan mahal seperti restoran atau kafe. Kadang adegan makan juga diceritakan di kantin atau pujasera dekat kantor. Lalu apakah adegan di novel ini berlaku juga untuk ibu bekerja seperti saya?

Sebagai seorang wanita yang bekerja, tentunya saya juga pernah berada pada fase makan di luar untuk makan siang. Saat itu saya masih berstatus calon pegawai dan belum menikah. Namanya karyawan baru, tentunya pilihan makan siang di luar saya dan teman-teman masih berkisar pada kantin perusahaan atau warung makan murah meriah yang ada di dekat kantor. Jadi bisa dibilang untuk makan siang ini habisnya paling 20-30 ribulah sehari.

Lalu ketika status dari calon pegawai naik menjadi pegawai, menu makan siang mulai berubah. Sesekali saya dan teman-teman mencoba makan di tempat-tempat mahal seperti di mall, cafe dan menu lain yang sekali makan jelas di atas 30 ribu. Kalau makan di tempat agak mahal ini dilakukan sebulan sekali mungkin tidak masalah ya? Namun kenyataannya kadang dalam seminggu ada saja ajakan untuk makan di mall atau tempat mahal. Lama kelamaan hal ini mulai memberatkan saya apalagi belum ditambah jajannya.

Sisi Positif Membawa Bekal Makan Siang ke Tempat Kerja



Di tahun 2018, saya menikah. Setelah menikah suami meminta saya untuk membuatkan bekal makan siang untuknya di kantor. Berhubung saya juga bekerja, maka pastinya saya jadinya juga membuat menu makan siang untuk saya sendiri meski dengan kemampuan memasak yang pas-pasan dan jujur kadang membosankan. Meski membosankan, nyatanya saya masih bertahan dengan membawa bekal ini hingga sekarang. 

Sekian tahun membawa bekal sendiri ke kantor tentunya ada banyak suka duka dari kegiatan membawa bekal sebagai ibu bekerja ini. Adapun keuntungan atau hal positif yang didapat dari membawa bekal makan siang ini diantaranya:

Lebih hemat dalam pengeluaran

Tidak bisa dipungkiri kalau membawa bekal sendiri ke kantor itu merupakan salah satu cara untuk menghemat pengeluaran keluarga. Jika sebelum menikah saya menghabiskan ratusan ribu untuk makan siang dan jajan seminggu, maka setelah menikah uang ratusan ribu tersebut dialihkan untuk membeli bahan makan keluarga 1 minggu. 

Bisa masak menu sesuai kebutuhan dan keinginan

Membawa bekal makan siang sendiri artinya saya bebas mengatur ingin makan siang pakai menu apa setiap harinya dan seberapa porsinya. Jika makan di luar, kadang kita bisa mendapatkan porsi yang sangat banyak padahal sedang diet. Mau tidak dihabiskan saya nasinya. Karena itulah bagi saya keuntungan dari membawa bekal sendiri ini saya bisa mengatur porsi makan siang agar tidak terlalu banyak.

Tak hanya bisa mengatur porsi makannya, membawa bekal juga artinya saya bisa makan makan sesuai keinginan dengan harga yang lebih terjangkau. Misalnya saya ingin makan menu seafood kesukaan. Jika membeli di rumah makan, menu seafood ini biasanya mahal dan porsinya juga sedikit. Sementara jika saya membeli sendiri bahan mentahnya, saya bisa memakan sebanyak porsi yang saya mau dengan harga yang sama dengan makan di rumah makan. 

Tak perlu pusing memikirkan tempat makan siang

Setiap kali ada agenda makan siang di luar dengan rekan kerja, kadang satu hal yang kerap membuat saya sebal adalah menentukan tempat makan siang. Kalau makan siang sendiri ya gampang saja sebenarnya. Namun kalau makan siang bersama rekan kerja, kadang untuk menentukan lokasi makan siang saja harus saling lempar-lemparan. Dengan membawa bekal makan siang sendiri tentunya saya terhindar dari kebingungan menentukan menu makan siang ini.

Mengasah kemampuan memasak

Nah, keuntungan lain membawa bekal sendiri ini bagi saya adalah mengasah kemampuan memasak dan mengelola bahan makanan. Selama 7 tahun terakhir saya merasa banyak bertranformasi dalam hal memasak ini. Dari yang memasak sambal goreng hati tapi bumbunya tidak masak sampai akhirnya rajin nyetok bumbu putih untuk senjata tempur memasak. Saya juga belajar food preparation agar lebih memudahkan dalam menyiapkan menu sehari-hari.

Sisi negatif membawa bekal makan siang ke tempat kerja

Nah, di samping beberapa keuntungan dan sisi positif di atas, ada juga beberapa kekurangan yang saya rasakan dari membawa bekal makan siang ke kantor, yakni:

Kadang bosan dengan masakan sendiri

Untuk saya pribadi yang kemampuan memasak hanya seputar tumis menumis, jujur kadang membawa bekal sendiri bisa menghadirkan rasa bosan, terutama jika dibandingkan dengan menu-menu di rumah makan yang beraneka ragam dan rasanya enak. Tambahan lagi suami dan anak-anak juga bukan tipe pemakan segala seperti saya alias pilih-pilih makanan. Akhirnya mau tidak mau untuk memasak menu di rumah saya menyesuaikan dengan selera mereka yang itu lagi itu lagi. 

Jadi kurang bersosialisasi dan ketinggalan informasi

Membawa bekal makan siang sendiri juga bisa membuat kita jadi kurang bersosialisasi. Memang sih saya ini aslinya introvert, namun bukan berarti saya tidak suka bersosialisasi. Hehe. Bayangkan di jam makan siang rekan kerja yang lain makan bersama di kantin atau tempat makan sementara saya makan sendirian di ruangan. Kadang berasa sepi juga sih. Tak hanya itu, jarang berkumpul dengan rekan kerja ini juga membuat saya kerap ketinggalan informasi atau gosip terbaru seputar kantor. Tapi ya ambil sisi positifnya aja kali ya saya jadi nggak ngomongin orang. Hehe.

Makanan tidak hangat lagi

Kekurang lain dari membawa bekal sendiri pastinya adalah makanan yang dibawa tidak hangat lagi saat dimakan. Bagi mereka yang terbiasa makanan yang harus hangat sebelum dimakan ini pastinya membuat nafsu makan menjadi berkurang. Kalau di luar negeri, mungkin disediakan microwave ya untuk memanaskan makanan ini. Sayangnya di kantor saya tidak disediakan. Hehe. Alhamdulillah sih kalau saya masih bisa makan dengan nasi yang sudah dingin ini. 

Itulah dia sedikit sharing saya seputar suka duka ibu bekerja yang membawa bekal makan siang. Tentunya setiap ibu bekerja memiliki pilihannya sendiri dalam makan siang ini entah itu makan di warteg, langganan catering atau malah minta dibelikan OB. Sampai jumpa di tulisan tentang ibu bekerja selanjutnya yang akan membahas tentang manfaat food preparation bagi ibu bekerja. Jangan lewatkan yaa!
Baca Juga
Reactions

Post a Comment

12 Comments

  1. selama 3 tahun belakang, aku juga selalu bawa bekal ke kantor. namun beberapa bulan ini lagi beli makan diluar terus, kadang bosen juga karena pilihan menunya itu itu saja disekitar kantor. kalo beli di online delivery, harganya mahal :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kalau beli online itu kan harganya memang lebih mahal mana ada ongkir juga. kalau di kantor sini teman-teman minta beliin ob aja biasanya saya kadang juga nitip sih kalau nggak bawa bekal

      Delete
  2. Mamaku juga bawa bekal, Kak. Jadi pas jeda ngajar beliau bisa langsung makan bekalnya. Lebih hemat juga.

    Iyaa kalau bawa bekal juga bisa atur gizinya ya plus lebih higienis.

    ReplyDelete
  3. Ini kayak mama molly. Kemana2 bawa bekal biar hemat. Apalagi kalo ada jadwal pengobatan bpjs ke rs rutin bulanan, pasti bawa bekal buat sekeluarga. Minusnya kadang ngiler jajan di kantin tapi gak dibolehin beli.

    ReplyDelete
  4. Saya termasuk yang jarang bawa bekal karena ngekost sendirian, tapi sering makan bekal punya teman kantor ketika mereka pengen makan di luar tapi bekalnya harus habis biar gak dimarahi istrinya. wkwkwkw.. Lumayan jadi sering dapat makan siang gratis sih. hehehe..

    ReplyDelete
  5. Cakeepp, ka Antung.
    Aku jadi inget Ibuku dulu selalu bekelin aku makanan pas sekolah sampai kuliah.
    Sumpah bosen banget. Karena ibuku sekalinya aku bilang suka makanan Jepang, trus ituuu aja yang dibekelin... Bayangin, dari 5 hari dalam seminggu, menu makan siangnya always sayur setengah matang, mayo, sama lauk dan nasi.

    Tapi gak bole bosen karena uang saku buat jajan dibatasin.
    Nanti aku jajanin, gabisa isi bensin motor. Huhuhu.. memang kudu serba ditekan demi menjalani kehidupan yang lebih baik.

    Eh, sekarang ada sisi positifnya.
    Jadi nurun ke anak sama suami.

    ReplyDelete
  6. Kalo saya, karena kantor hanya sepelemparan batu dari rumah jadi pulang makan ke rumah. Dulu, saat jarak kantor lumayan jauh, kadang-kadang bawa bekal sendiri tapi kadang juga beli

    ReplyDelete
  7. Saya biasanya ganti-gantian Mba dulu waktu ngantor bawa bekalnya, selang seling gitu maksudnya untuk menghindari bosan dan nanti ada momen yang makan bareng teman-teman ke satu tempat, biasanya kami janjian malamnya kalau besok makan keluar gitu, saya ga bawa bekal biasanya

    ReplyDelete
  8. wah kalau saya malah pengen bisa bawa bekal sayangnya sering terkendala untuk penyiapannya (maklum nggak pinter masak juga..hehe). Terima kasih sharing penfgalamannya ya...

    ReplyDelete
  9. Emang bener ya Mbak Antung, kadang beli makanan di luar itu bukan karena males masak tapi ada rasa agak jenuh dengan masakan sendiri. Kalau harga makanan di sana apa lebih mahal daripada di Jawa atau relatif sama?

    ReplyDelete
  10. Kalau di kantorku dulu, ada dua kubu nih tiap makan siang. Ada kubu pantri yang diisi sama kebanyakan buibu yang bawa bekal makan siang sendiri. Ada kubu keliling yang kebanyakan didominasi bapak bapak atau anak kosan macam aku dulu. Kalau dibilang kurang bersosialisasi, nggak juga sih. Ada masanya aku akali dengan ikut makan di luar. Aku makan bekal tentunya. Tapi pesan minuman di tempat makannya semisal jus buah. Tapi kalau di tempat makan yang minumannya gitu doang kayak teh hangat , biasanya aku sadar diri buat mundur sih, dan pindah gabung sama kubu pantri.

    ReplyDelete
  11. Sesuatu istimewa sekali ketika dibawakan bekal yang dipersiapkan dengan istimewa oleh seorang ibu di rumah dan memang perjuangannya tidak mudah karena harus selalu kreatif dan juga terampil dalam menyiapkan bekal makanan yang akan dibawa, tapi apapun itu semua dilakukan dengan cinta sehingga bisa menciptakan makanan yang istimewa

    ReplyDelete