Dunia fashion merupakan dunia yang tak pernah berhenti berkembang dan berputar. Setiap harinya kita mungkin akan menemukan trend baru di dunia fashion, entah itu dari gaya berbusana, pilihan bahan pakaian, warna yang akan menjadi trend dan berbagai trend lainnya. Belum lagi jika sudah membicarakant trend berdasarkan musim dan hari-hari besar agama seperti lebaran, pastinya juga akan menghadirkan trend baru setiap tahunnya. Teman-teman tentunya masih ingat dong dengan warna Sage yang katanya menjadi trend lebaran tahun 2023 kemarin?
Ironisnya, melesatnya perkembangan di dunia fashion ini juga ternyata memberikan dampak pada lingkungan. Industri fast fashion yang menawarkan fashion kekinian yang dijual dengan harga yang murah sehingga membuat kita tergoda untuk membeli dalam jumlah banyak dan berpotensi menjadi limbah pakaian. Belum lagi penggunaan bahan yang tidak mudah terurai dan pewarna tekstil yang tidak ramah lingkungan juga pastinya berdampak buruk bagi bumi tempat kita tinggal.
Berkenalan dengan Alfira Oktaviani founder Brand Semilir Ecoprint
Sebagai wanita, mungkin sulit bagi kita untuk terhindar dari godaan membeli berbagai produk fashion. Apalagi jika kita adalah pribadi yang suka mengikuti trend dan memperhatikan penampilan, biasanya akan memiliki berbagai jenis outfit untuk melengkapi gaya berpakaian kita sehari-hari. Namun alangkah baiknya jika dalam membeli pakaian ini kita memilih untuk membeli produk fashion yang lebih awet dan bisa dipakai dalam waktu lama dengan bahan lebih ramah lingkungan.
Sekarang ini sudah mulai banyak bermunculan berbagai brand fashion yang mengusung konsep suistainability dalam memproduksi produk buatannya. Nah, kali ini saya mengajak teman-teman untuk berkenalan dengan Alfira Oktaviani, seorang wirausaha muda yang bergerak di bidang fashion ramah lingkungan. Kesadaran akan pentingnya menciptakan bisnis fashion yang ramah lingkungan dan berkelanjutan membuat Alfira Oktaviani mendirikan Semilir Ecoprint, sebuah brand yang mengedepankan teknik ecoprint dalam produk-produk yang dihasilkannya.
Ecoprint merupakan teknik pewarnaan kain dengan menggunakan bahan-bahan berupa daun ataupun bunga yang ada di sekitar kita. Jadi warna yang dihasilkan merupakan warna asli dari daun dan bunga yang digunakan. Dalam proses pembuatannya, daun-daun yang akan digunakan akan disusun di atas kain, ditutup dengan plastik, digulung dengan bantuan kayu di dalamnya, diikat kencang gulungannya kemudian dikukus selama 1,5 jam - 2 jam. Setelah dikukus selama 2 jam, kain bisa diangkat dan dilepaskan daun-daun yang menempel di atasnya. Tentunya pada tahap ini kain tersebut sudah memiliki pola dari daun yang digunakan.
www.radioidola.com |
Asal muasal berdirinya brand Semilir sendiri bermula dari Alfira yang tetap ingin berkegiatan setelah menikah dan mengikuti suaminya. Kecintaannya pada dunia fashion membuat Alfira mencoba berbagai metode pewarnaan pakaian mulai dari batik, shibori hingga akhirnya jatuh cinta pada teknik ecoprint. Alasan lain dari pemilihan ecoprint ini juga karena teknik ecoprint ini juga sedikit berkaitan dengan latar belakang pendidikan Alfira yang lulusan apoteker karena di mata kuliahnya juga ada pelajaran morfologi tumbuhan.
Brand Semilir Ecoprint sendiri didirikan pada tahun 2018. Meski tak memiliki latar belakang ilmu bisnis, Alfira dengan berani membesarkan brand yang didirikannya ini. Tentunya bukan hal yang mudah karena dalam memasarkan ecoprint ini Alfira harus melakukan analisa terkait target pasar dan tantunya juga cara memasarkan produknya. Tak sendirian, Alfira juga turut memberdayakan masyarakat di sekitarnya yang dengan senang hati membantu menanam berbagai tanaman yang daunnya bisa dijadikan bahan untuk ecoprint dan juga dalam proses produksi produk ecoprint.
Angkat budaya warisan Indonesia lewat kreasi kulit kayu lantung
Tak hanya lewat teknik ecoprint, Alfira juga berusaha mengangkat budaya warisan Indonesia dengan menggunakan bahan alam berupa kulit kayu lantung sebagai media untuk produk olahannya. Kulit kayu lantung merupakan salah satu cendera mata khas dari Bengkulu yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi. Di masa penjajahan dulu kulit kayu lantung ini digunakan masyarakat untuk dijadikan pakaian karena kondisi ekonomi yang sangat sulit. Pohon lantung ini sendiri dipilih karena kulit kayunya memiliki banyak getah sehingga tidak mudah rusak. Di tahun 2015, kain lantung ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari provinsi Bengkulu.
Bagi Alfira sendiri, perkenalannya dengan kulit kayu lantung ini bermula dari oleh-oleh tas kulit kayu lantung polos yang dibawakan ayahnya yang asli orang Bengkulu. Alfira melihat kulit kayu lantung memiliki serat yang alami yang sangat bagus jika diberi sentuhan ecoprint. Dari sinilah kemudian hadir produk-produk berupa tas dan dompet yang pastinya sangat cantik jika digunakan di berbagai acara baik formal maupun non formal. Dan berkat inovasi yang dilakukannya ini, Alfira Oktaviani berhasil mendapat penghargaan Satu Indonesia Award 2022.
Proses untuk mendapatkan kulit kayu lantung ini sendiri juga tidak mudah. Bahannya didapat dari kota Kaur di Bengkulu Selatan yang perjalanannya memerlukan waktu 7 jam perjalanan. Dalam proses pembuatan bahan baku kulit kayu lantung ini, kulit kayu lantung yang memiliki lebar 10-20 cm dipukul-pukul dengan menggunakan alat bernama perikai sehingga menjadi lebih lebar hingga mencapai ukuran 1-2 meter. Setelah menjadi lembaran kain, kulit kayu lantung ini kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di tempat teduh sambil dibersihkan dengan sapu lidi.
Setelah kulit kayu lantung siap untuk diolah, proses selanjutnya adalah memberi warna dan pola pada kulita kayu lantung tersebut. Pada dasarnya proses ecoprint pada kulit kayu lantung tidak berbeda dengan bahan berserat lainnya yang meliputi proses mordanting yaitu perendaman untuk membuka pori-pori bahan. Setelah itu kulit kayu lantung yang kondisinya setengah basah dibentangkan dan diberi motif dan warna dengan menggunakan daun-daunan yang telah dipilih, digulung dan diikat kencang baru kemudian dikukus. Proses terakhir dari pemberian motif pada kulit kayu lantung adalah fiksasi agar warna terkunci dan tidak luntur dan kemudian dijemur sampai kering.
Dengan memberikan warna dan motif pada kain kulit kayu lantung ini memberikan nilai jual yang cukup tinggi pada produk olahan kain kulit kayu lantung. Dalam wawancaranya Alfira menyebutkan, dari bahan baku kulit kayu lantung berukuran 1x1 meter seharga 40-50 ribu rupiah bisa dijadikan tas polos seharga 150 ribu rupiah. Namun jika kulit kayu lantung ini diberi warna dan motif maka harga tas bisa mencapai 800 ribu rupiah dan bahkan menarik pembeli dari luar negeri.
Tetap bertahan di masa pandemi
Layaknya usaha pada umumnya, salah satu tantangan yang dihadapi Alfira Oktaviani adalah bagaimana agar usaha bisa terus bertahan. Di masa pandemi 3 tahun lalu, tidak sedikit usaha-usaha yang gulung tikar karena memang kondisi saat itu sangat buruk bagi perekonomian di seluruh dunia. Semilir Ecoprint yang usianya baru 2 tahun di tahun 2020 juga tentunya menghadapi tantangan ini.
Untungnya, dengan berbagai inovasi yang dilakukannya Semilir Ecoprint bisa tetap bertahan sebagai brand yang mengusung konsep fashion sustainibility hingga sekarang. Untuk bisa tetap bertahan di era pandemi, Semilir Ecoprint berusaha menghadirkan produk-produk yang memang diperlukan di masa pendemi seperti masker, lalu ada juga produk DIY Kit untuk pembuatan ecoprint hingga membuka jasa pencelupan warna agar usaha bisa tetap bertahan.
Untuk produk-produk yang dibuat Semilir Ecoprint ini berupa tas, corporate souvenir dan juga kain kebaya dengan motif ecoprint. Alfira sendiri memiliki keinginan besar untuk bisa terus memperkenalkan kulit kayu lantung dengan motif ecoprint lewat brand Semilir Ecoprint ke berbagai kalangan dan menjadikan kulit kayu lantung sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi.
Sumber tulisan
https://www.infopublik.id/kategori/nusantara/349164/kulit-kayu-lantung-bahan-alami-tas-dari-sumatera
https://www.radioidola.com/2023/mengenal-alfira-oktaviani-founder-semilir-ecoprint-yogyakarta/
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pelestari-kain-lantung-bengkulu/
21 Comments
wah keren bgt ini, ecopirint salah satu bentuk aplikasi seni kriya dengan terobosan yang sangat ramah lingkungan, unik dan kreatif.. keyword ini bisa sya simpen buat referensi artikel2 bertema karya dan kesenian di blog sya tegaraya.com.. trims udah berbagi ya mbak
ReplyDeleteTujuan Alfira untuk memperkenalkan kulit kayu lantung dengan motif ecoprint sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi adalah langkah yang luar biasa. Ini bukan hanya tentang menciptakan produk fashion, tetapi juga mengangkat kekayaan budaya lokal dan menjaga keberlanjutan ekologis. Mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam bisnis dapat memberikan dimensi yang lebih dalam dan berarti bagi brand Semilir Ecoprint.
ReplyDeleteMetode printing nya unik juga ya,,, pakai daun dan bahan-bahan dari alam,,, Mungkin ini mirip membatik tapi tanpa canting ya, hehe, sok tahu saya.
ReplyDeleteDari kecintaannya terhadap fashion, bisa ikut serta melestarikan kekayaam alam. Dari soal bisnis pun, Semilir termasuk kreatif. Walau Alfira nggak memiliki background bisnis, tapi ia bisa berinovasi. Buktinya pas pandemi, bisa bikin produk masker juga.
ReplyDeleteI learn one thing, memang yang paling sulit dari segala sesuatu itu adalah MEMULAI.
dulu anak-anak yang sering dapat tugas ecoprint ini. Pake kaos polos begitu baru dicetak pake daun-daun di atasnya
ReplyDeleteSalut sama bu Alfira, bisnisnya gak sekedar cari untung tapi juga peduli lingkungan dan budaya. Pastinya usahanya penuh perjuangan dan ada kendala-kendalanya. Semoga usahanya terus berlanjur dan berkah.
ReplyDeleteAku belum punya bahan dengan bahan Ecoprint, tapi kadang suka lihatnya. Pakainya bahan alami gitu kan. Di sekolah kadang ada yang bikin versi paling sederhana dengan bahan seadanya
ReplyDeleteMasyaAllah keren banget ide fashion sustainability dari Bu Alfira, sekaligus berdayakan masyarakat sekitar. Semoga usaha-usaha seperti ini, terus eksis dengan ciri khas lokal kita. Terima kasih sudah menuliskan inspirasi ini, Mbak
ReplyDeleteKagum dengan sosok-sosok seperti Mbak Alfira yang bisa berkreasi dengan tetap mempertimbangkan kelestarian alam. Teknik ecoprint ini adalah sebuah cara alternatif menghasilkan kain dengan motif yang cantik langsung dari alam (daun-daunan). Semoga pengusaha-pengusaha seperti Mbak Alfira terus menemukan jalannya untuk mengembangkan dan mempertahankan bisnisnya.
ReplyDeleteKondisi planet Bumi ini sudah semakin rusak. Kita harus melakukan apapun yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkannya. Eco print semoga menjadi salah satu cara mengurangi laju kerusakan planet ini. Semoga makin sukses.
ReplyDeleteInovatif sekali yaa, orang-orang seperti mbak Alfira ini yang mesti dikenal oleh khalayak, karena memang memberikan sebuah alternatif baik di bidang fashion.
ReplyDeletewaah keren sekali bu alfira ini. membangun bisnis yang tidak hanya sekedar cari untung aja tapi juga peduli lingkungan dan budaya. salut sama idenya!
ReplyDeleteKulit kayu yang menurut kita tak punya keistimewaan ternyata jika diolah oleh ahlinya bisa jadi produk yang berkualitas dan membanggakan ya. Salut dengan inovasi yang dilakukan Alfira
ReplyDeleteWaktu saya kuliah pernah dapat tugas ini, tapi sekarang anak SMP juga sudah ujian praktek bikin ecoprint.
ReplyDeleteSangat mendukung dengan apa yg dilakukan kak Akfira ini, karena menginspirasi kita untuk sustainable fashion juga melalui ecoprint. Yuk ramah dengan alam
ReplyDeleteBiasnya ecoprint pake dedaunan dengan berbagai bentuk. Ide pakai kulit kayu jadi bikin hasilnya berbeda. Warna khas kayu coklat kemerahan atau brick jadi sangat cantik
ReplyDeleteInspiratif dan inovatif sekali Mbak Alfira ini. Tidak heran bila pernah dianugerahi penghargaan oleh Satu Indonesia Award persembahan Astra. She deserved it!
ReplyDeleteCantik cantik banget.. produk dari Semilir Ecoprint.
ReplyDeleteSalut dengan sosok Alfira yang menginspirasi. Kecintaannya dengan dunia mode, fashion, tidak menjadikannya lupa bahwa semua itu bagian dari alam juga. Sehingga penting untuk memproduksi produk yang ramah lingkungan.
Kalau ada foto produknya pasti lebih menarik, Kak. Idenya bagus banget nih. Semua pecinta lingkungan pasti suka
ReplyDeleteWah cantik banget hasil karya ecoprintnya. Dulu saya penasaran dengan motif daun di baju yang terlihat jelas warna aslinya. Ternyata hasil dari ecoprint.
ReplyDeleteKarya nya unik dan inovatif dari yang biasa jadi luar biasa, menjadi pionir emg tidak mudah tapi hasilnya sangat membanggakan
ReplyDelete