Sebagai anak yang resmi menjadi siswa SD, saya sadar betul kalau Yumna sudah seharusnya dikenalkan pada rasa tanggung jawab dan kemandirian. Jujur ya meski usianya sudah 6,5 tahun, di beberapa hal Yumna ini masih tergolong manja dan rasa tanggung jawabnya masih kurang. Untuk mengatasi hal ini, sejak beberapa hari sebelum masuk sekolah saya sudah mewanti-wantinya untuk belajar menyiapkan tas sekolahnya sendiri dan jangan cepat nangis kalau di sekolah karena pastinya tidak ada saya yang akan menemaninya.
Tanggung jawab memang satu hal yang harus diajarkan pada anak sejak dini. Dikutip dari Buku Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Seri Pendidikan Orang Tua: Membangun Tanggung Jawab Anak (2020), tanggung jawab adalah melakukan semua tugas dan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Tanggung jawab juga berarti siap menanggung segala risiko atas perbuatan sendiri. Adapun beberapa ciri dari tanggung jawab ini antara lain:
- Bersungguh-sungguh dalam segala hal
- Berusaha melakukan yang terbaik
- Disiplin
- Dapat dipercaya
- Taat aturan
- Jujur dalam bertindak
- Berani menanggung risiko
- Rela berkorban
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengajarkan tanggung jawab pada anak
Orang tua dan rumah adalah tempat belajar pertama bagi anak-anak. Di awal-awal kehidupannya, orang tua menjadi sosok pertama yang mengajarkan berbagai hal mulai dari belajar berjalan hingga juga berperilaku. Karena itulah tidak salah jika orang tua seharusnya menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya. Dalam hal tanggung jawab sendiri, selain menjadikan diri sendiri sebagai contoh, ada beberapa hal lain yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan tanggung jawab kepada anak, diantaranya:
Baca artikel CNN Indonesia "Pengertian Tanggung Jawab, Contoh, Bentuk, dan Ciri-cirinya" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230110143415-569-898449/pengertian-tanggung-jawab-contoh-bentuk-dan-ciri-cirinyaDari beberapa artikel yang saya baca, sejak usianya memasuki pra sekolah atau sekitar 3 tahun anak sudah mulai bisa diajarkan pada tanggung jawab. Tentunya proses mengajarkan tanggung jawab kepada anak ini dilakukan secara bertahap dan mungkin perlu kesabaran untuk bisa mendapatkan hasilnya.Lalu apa saja hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengajarkan tanggung jawab kepada anak ini? Berikut sedikit ulasannya
Memberikan pemahaman pada anak tentang tanggung jawab
Langkah pertama dalam mengenalkan tanggung jawab pada anak adalah dengan memberikan pemahaman pada anak kita tentang tanggung jawab ini. Langkah ini bisa dilakukan dengan cara membacakan cerita kepada anak. Seperti yang kita ketahui bersama, bercerita merupakan salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anak.
Ada banyak buku bertema tanggung jawab yang bisa kita beli atau download di aplikasi baca buku dan dibacakan pada anak-anak. Untuk anak yang lebih besar, orang tua bisa melakukan diskusi setelah selesai membaca buku bertema tanggung jawab ini.
Memberikan anak tugas-tugas ringan di rumah
Langkah berikutnya yang bisa dilakukan untuk mengenalkan anak pada tanggung jawab adalah dengan mengenalkan mereka pada tugas-tugas kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, meletakkan pakaian kotor di keranjang cucian dan juga membereskan mainan sendiri. Kebiasaaan kecil seperti ini bisa dikenalkan sejak anak masih berusia balita.
Mungkin ada anak yang bisa cepat terbiasa dengan tugas-tugas ini dan ada juga yang perlu waktu lama untuk membiasakan mereka dengan tanggung jawab tersebut. Namun tentunya kita tetap harus yakin dengan adanya tugas ini akan membantu anak menjadi pribadi bertanggung jawab dan juga sekaligus mengajarkan kemampuan dasar dalam rumah tangga kelak.
Mengenalkan anak pada peraturan
Hal berikutnya yang bisa dilakukan untuk mengenalkan tanggung jawab pada anak adalah dengan membuat peraturan di rumah. Peraturan ini tentunya tak hanya berlaku untuk anak namun juga untuk orang tua. Dengan demikian anak bisa melihat bagaimana orang tua juga harus bertanggung jawab dengan kesepakatan dan peraturan yang telah dibuat.
Dalam membuat peraturan juga hendaknya dilakukan secara bermusyawarah sehingga semua anggota keluarga bisa sepakat. Untuk peraturan di rumah ini setahu saya akan lebih bagus jika diprint atau ditulis dan ditempel di dinding dengan demikian semua anggota keluarga bisa membaca dan selalu mengingat peraturan yang ada di rumah tersebut.
Mengenalkan konsekuensi pada anak
Dalam buku-buku parenting yang saya baca, istilah hukuman pada anak kini sudah berganti menjadi mengenalkan konsekuensi. Konsekuensi sendiri merupakan sebuah akibat yang muncul dari sebuah tindakan. Konsekuensi ini terbagi menjadi konsekuensi natural dan konsekuensi logis.
Konsekuensi natural adalah konsekuensi yang terjadi akibat perbuatan anak misalnya ketika anak lupa mengerjakan PR-nya maka sebagai orang tua kita sebaiknya tidak membantunya dan membiarkan anak menerima teguran dari guru karena tidak mengerjakan PR. Hal ini akan menyadarkan anak pentingnya mengerjakan PR dan tugas dari guru agar tidak mendapat teguran.
Sedangkan konsekuensi logis yang melibatkan hukuman atau aturan sebagai akibat dari perilaku anak. Contohnya ketika anak terlalu lama bermain game maka akan mendapat hukuman tidak boleh bermain game selama beberapa hari. Dengan menerapkan peraturan seperti ini anak akan bisa lebih membagi waktunya dalam bermain game agar tidak kebablasan.
Ingatkan anak untuk tidak menyalahkan orang lain saat ada masalah
Langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengajarkan tanggung jawab pada anak adalah dengan mengingatkannya untuk tidak menyalahkan orang lain saat berbuat kesalahan. Hal ini cukup kerap terjadi pada putra kedua saya, Yafiq yang saat dia melakukan kesalahan atau ada masalah malah menyalahkan orang lain. Saya tidak tahu apakah menyalahkan orang lain ini sifat bawaan (anak kedua saya tipe koleris) atau pengaruh lingkungan namun tentunya ini menjadi PR tersendiri bagi saya untuk terus mengingatkannya.
Itulah dia beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengajarkan tanggung jawab pada anak. Jika ditanya apakah saya sudah melakukannya, jawabannya adalah masih bertahap. Tentunya masih banyak PR saya sebagai orang tua dalam hal membimbing anak-anak menjadi pribadi yang berkualitas dan bertanggung jawab ini. Bagamana dengan teman-teman sekalian? Apakah ada tambahan?
6 Comments
Betul dan yang paling sering itu tepak, botol minum sering ketinggalan. Pinsil, penghapus sering hilang walau sudah dikasih nama
ReplyDeletemelatih tanggung jawab penting sih diajarkan sejak dini, kalo masih balita pun bisa, seperti mengajarkan membuang sampah di kotak sampah misalnya. perlu pembiasaan dan kesabaran sih.. selain itu juga kita harus memberi contoh kepada anak-anak kita.
ReplyDeleteSetuju banget, dari kecil memang anak harus diajarkan hal-hal seperti ini. Agar nanti saat sudah beranjak dewasa atau remaja anak bisa lebih mandiri dan peka terhadap sesuatu. Jadi gak santai-santai aja, bisa bantu ortunya dirumah lah hhe
ReplyDeletemenarik sekali bahasan soal tema mengenalkan tanggung jawab pada anak ini, karena terkadang teori suka tidak sejalan dengan prakteknya, alias butuh effort lebih hehe. btw saya setuju sekali dengan konsep konsekuensi, karena di jaman sekarang konsep hukuman udah ga relevan lagi.
ReplyDeleteSangat insightfull sekali. Terutama soal konsekuensi. Dalam hati niat pengin anak belajar suatu hal dari lupa mengerjakan PR, tapi selama pandemi kemarin yang ada malah orangtuanya yang ngerjain dan anak-anaknya sibuk main gagdet. Tapi ya itulah, membersamai anak memang belajarnya seumur hidup.
ReplyDeleteKak Antuung... suka banget sama artikelnya.
ReplyDeleteYa, mengajari anak tanggungjawab ini bukan sekedar dengan apa yang dimiliki dan sekitarnya juga. Seperti gak mudah menyalahkan orang lain. Ini aku relate banget sii..
Berasa anak sekarang sering banget cari kambing hitam. Padahal setiap masalah kalau dirunut, bisa jadi karena ada kesalahan dari diri sendiri juga. Dan itu merupakan evaluasi terbaik.
Haturnuhun tulisannya, kak Antung.