pixabay |
"Seru ini nontonnya. Trus aku juga kemarin berhasil beli sepatu branded di sini," jawab rekan kerja saya itu.
"Lho, memang barangnya asli gitu?" tanya saya lagi.
"InsyaAllah asli aja. Dia kan barang second hand. Nih mau lihat sepatu yang kubeli nggak? Sudah kucek sepatunya masih oke dan asli. Kemarin belinya 200 ribuan, " jawab rekan kerja saya itu sambil menunjukkan sepatu dengan logo centang miliknya yang kalau beli baru harganya jutaan.
"Hmm. Menarik juga ya, Kak. Soalnya kalau beli pas promo pun dapatnya 500 ribu ke atas kayaknya," jawab saya lagi.
"Nah, itu. Kalau ini kan harganya murah walau keluaran lama. Sekarang aku lagi nyari tipe lain buat anak sama istriku nih. Nanti aku kasih link-nya deh kalau kamu penasaran," ujar rekan kerja saya itu lagi menutup pembicaraan kami.
Alasan membeli barang bekas
Ada berbagai alasan yang muncul bagi seseorang dalam membeli barang bekas. Alasan yang paling sering kita temui pastilah karena harga barang dan anggaran yang dimiliki. Salah satu keuntungan membeli barang bekas memang ada pada harganya yang jauh lebih murah ketimbang beli baru. Hal ini terutama berlaku untuk produk-produk branded atau barang elektronik seperti televisi hingga mobil atau kendaraan. Bagi mereka yang ingin memiliki barang-barang tersebut namun dengan anggaran yang terbatas, maka membeli barang bekas bisa menjadi pilihan.
Contoh sederhana seperti sepatu bekas yang dibeli rekan kerja saya tadi. Jika ingin membeli baru, harganya di atas 600 ribu bahkan mungkin sampai jutaan. Sementara jika membeli bekas sepatu tersebut bisa didapat dengan harga kurang dari separuhnya. Namun tentunya ada risiko yang harus siap kita terima dari membeli barang bekas ini. Barang bekas yang dibeli bisa jadi memiliki beberapa cacat entah itu pada kondisi fisiknya atau mungkin pada fungsinya yang tidak lagi maksimal.
Bicara tentang membeli barang bekas sendiri, sebenarnya dulu saya bukan orang yang pro dengan hal ini. Dalam pikiran saya, kenapa harus beli barang bekas kalau bisa beli barang baru? Namun kemudian saya menikah dengan suami yang hobinya beli barang bekas, terutama untuk peralatan pertukangan dan beberapa perabot rumah. Bahkan sepeda untuk anak-anak kami, suami juga belinya yang bekas alih-alih yang baru. Hal yang membuat saya sempat sedih pada awalnya karena anak tetangga sepedanya baru semua.
Pada akhirnya, pemikiran saya mulai terbuka terutama setelah membaca sebuah buku yang bertema tentang hidup minimalis. Dalam buku tersebut, penulis memasukkan membeli barang bekas sebagai praktik dari minimalisme sekaligus sebagai aksi langsung dari usaha melestarikan bumi. Dengan membeli barang bekas, maka kita akan mengurangi biaya dan energi yang harus dikeluarkan dari produksi barang baru sekaligus mengurangi sampah di bumi.
Serba-serbi membeli barang bekas
Untuk bisa membeli barang bekas sendiri, sekarang sudah ada banyak media yang bisa kita pilih seperti marketplace, sosial media, thrift shop, hingga komunitas khusus jual beli barang bekas. Dalam hal membeli barang bekas, tentunya hal pertama yang harus kita perhatikan adalah kondisi dari barang bekas yang ingin dibeli karena namanya barang bekas bisa jadi kondisinya pastinya sudah tidak 100% lagi. Nah, agar kita bisa mendapat barang bekas dengan kualitas yang masih bagus, berikut beberapa tips yang bisa saya berikan:
Membeli langsung dari tangan pertama
Jika tidak ada kendala dalam hal jarak, tentunya bertemu langsung dengan penjual barang bekas akan sangat membantu dalam mengetahui kondisi barang bekas yang akan dibeli. Kita bisa mencoba dan mengetes langsung kondisi barang bekas tersebut dan memutuskan apakah akan membeli barang yang ditawarkan atau tidak.
Membeli barang orang yang akan pindah rumah
Membeli barang bekas dari mereka yang akan pindah rumah juga bisa menjadi pilihan terutama untuk barang-barang besar seperti kulkas, mesin cuci, televisi hingga mungkin kasur dan lemari pakaian. Jika beruntung, kamu mungkin bisa mendapatkan bonus barang jika membeli barang bekas dari orang yang akan pindah rumah ini.
Membeli barang yang dijual karena salah ukuran, salah spesifikasi, atau hadiah doorprize
Nah, kalau barang yang dijual merupakan barang yang salah beli atau tidak sesuai spesifikasi atau bahkan hadiah doorprize, kita bakal sangat beruntung nih karena biasanya barang yang dijual ini ini kondisinya masih baru dan bahkan mungkin belum pernah digunakan. Untuk harga tentunya tidak bisa berharap mendapat harga miring, namun setidaknya kita bisa mendapatkannya di bawah harga pasaran.
Membeli barang bekas di penjual yang sudah terpercaya
Jika ingin membeli barang bekas di marketplace atau ecommerce, pastikan penjualnya merupakan trusted seller dan memberikan foto yang jelas dari barang bekas yang dijual dan juga pastinya menjelaskan kondisi barang tersebut. Bisa juga membeli lewat live streaming yang sekarang banyak dilakukan para pedagang online. Dengan membeli secara live ini tentunya kita bisa melihat langsung kondisi barang yang dijual tersebut.
Itulah dia sedikit celoteh saya seputar membeli barang bekas. Kalau teman-teman ada pengalaman beli barang bekas juga nggak?
31 Comments
Betul sekali ini, sekarang memang lg trend jualan live. Pun dengan tetangga di dekat rumah saya, yg setiap hari nge-live di fb menawarkan barang dagangannya (jaket hoodie, t-shirt, topi). Dan memang diakui banyak peminatnya. Bahkan bila sang pelanggan cocok dengan barang yang diminati, tak jarang akan jadi pelanggan tetap dan menjemput bola langsung datang ke rumah tetangga saya yang juga dialihfungsikan sebagai distro.
ReplyDeleteSaya dulu sering beli barang bekas impor dari luar negeri saat tinggal di Sumut...Beli gorden, karpet, jaket...murah meriah tapi masih bagus dan berkualitas. Lalu waktu tinggal di Amerika 2 tahun, banyaak sekali beli/dikasih barang bekas. Jadi dapat lungsuran dari kakak kelas suami yang sudah balik ke Indonesia. Juga, saya ikut komunitas freecycle (bisa ngasih, bisa nyari) barang bekas dan semua free...juga beli barang bekas di garage sale atau thrift shop, baik peralatan rumah tangga, mainan, buku, baju...beraneka.
ReplyDeleteBalik ke Indonesia, di Jakarta, malah jarang, belinya baru kalau enggak dipakai lagi, dikasih orang.
Ini saya banget. Apalagi untuk benda jangka panjang yang sayang banget kalau demi barang itu harus keluar banyak uang. Selama masih masuk budget dan dibutuhkan ya cari. Tapi ya itu, perlu teliti.
ReplyDeletesaya juga pengen sih beli barang bekas. cuma masih belum terbiasa, karena masalah kepercayaan. khawatir dapat barang yang kurang bagus.
ReplyDeleteJaman sepedaan booming itu Mbak aku juga beli sepeda lipat bekas. Di tokoped. Beli sepeda 2 lagi😂, terus satunya dipermak. Sampai sekarang pun masih ada sepedanya dan dipakai. Mayaaaaan kan😂
ReplyDeleteCukup tricky dan butuh keberanian sih kalau mau beli barang bekas ini. Harus rajin riset juga. Barang bekas yang aku lumayang gambling waktu belinya adalah laptop. Viaonline pula. alhamdulillah, baik2 saja.
ReplyDeleteAku termasuk yang nggak anti beli barang bekas. Dari dulu. Ya, di Palembang ada pasar yang menjual barang-barang beje/bekas. Ya pakaian, sepatu, elektronik semua ada. Terakhir beli barang bekas pas mau traveling. Beli jaket winter yang kalau beli baru bisa 5 kali lipat haha, mana sayang pula cuma sekali pake ya kan.
ReplyDeleteYang masih dibeli sampe sekarang itu buku :) banyak yang jual dan aku beruntung bisa dapetin buku-buku bakus dengan harga murah.
Kami juga kerap berburu barang bekas. Karena selain memang masalah di harga, biasanya barang bekas ini cenderung asli.
ReplyDeleteMisalnya beli jam tangan bermerk.
Kalau beli baru, mihil bingit atau karena liminted edition, sudah langka. Maka solusinya beli barang bekas.
Tetep bangga menggunakan barang bekas tapi asli.
Saya join grup WA yg isinya penjual barang2 second dan jadinya murah banget, bahkan sepatu sport branded harga cuma 100rb padahal baru beberapa kali pakai. Enggak usah gengsi ya beli barang second karena yang penting manfaatnya. BTW kalo beli buku second juga malah dapat yg asli, kalau beruntung malah dapat yg edisi cetakan pertama, cetakan kedua. Sekarang ngeri juga buku banyak yg bajakan dan covernya mirip banget ama yg asli.
ReplyDeleteIya sekarang gerakan membeli barang bekas makin marak, bahkan thrif shop pun udah mulai bermunculan. Kondisinya pun masih layak, terutama untuk barang2 branded yang kalau beli baru mahalnya luar biasa.
ReplyDeleteKalau di kampungku, di Medan, ada pasar khusus barang bekas, Mbak. Ada karpet, sepatu, tas, baju. Itu pasarnya kalau hari pasar, sampe macet jalan gegara yang datang pada bawa mobil. Asal pintar milih, dapat deh barang bagus.😁
ReplyDeleteTo be Honest, aku dan suami hobi banget beli barang bekas. Kayaknya barang elektornik kita banyak banget yang beli seken. Bisa seken bagus atau BNIB haha. Mulai dari laptop, kamera, hp
ReplyDeleteBNIB itu apa, ya, mbak? Heu
Deletesaya lebih memilih barang yang dijual dari tangan pertama atau yang sudah terpercaya. tapi saya jarang juga membeli barang bekas sih, hampir tidak pernah. tapi catatan artikel kakaknya jadi acuan kalau nanti beli barang bekas
ReplyDeleteAku juga demen liat orang jualan live. Seru cara mereka promosi hehe. Kalau barang bekas yg beberapa kali kujalani adalah beli laptop. Karena beli baru belum mampu.. ya udah beli bekas aja.. yg speknya udah mayan mumpuni tapi bisa dapat harga yg terjangkau kantong.
ReplyDeletewah kalau beli laptop second di mana, mbak? saya kalau laptop masih nggak berani soalnya
DeleteKeren detail banget mbak. Jujur selama ini aku masih maju mundur kalo mau nyobain beli barang bekas, takut kecewa soalnya. Tapi nanti aku terapin tips dari mbak.
ReplyDeleteSekarang lagi banyak kampanye lingkungan juga lo tentang membeli barang bekas. Jadi biar ga banyak sampah gitu
ReplyDeleteSaat pertama kali merantau ke Jakarta, semua barang yang saya beli buat kamar kos juga barang bekas. Orangnya mau pindah ke luar negeri. Lumayan kondisi barang bagus-bagus harga murah. Spring bed cuma 50 ribu, fan elektrik 20 ribu, dispenser panas dingin 25 ribu.
ReplyDeleteBeberapa bulan terakhir di daerahku banyak bermunculan toko yang menjual baju bekas bagus-bagus banget belinya Mbak. Sementara saya beli offline aja. Terima kasih atas tipsnya Mbak.
ReplyDeleteBarang bekas itu bukan berarti gimana
ReplyDeleteSeru kalau dapat barang bekas yang punya nilai histori, yang penting kita selektif ketika membelinya
aku juga suka banget beli secondhand kak, apalagi biasanya nemu produk dengan brand bagus, auto mupeng. beli barang bekas seperti baju bekas itu juga salah satu usaha kita untuk melestarikan lingkungan lho, karena kita gak boros beli barang baru, tetapi menggunakan barang yang sudah ada, semacam reuse (menggunakan kembali) kan jadinya.
ReplyDeleteEntahlah, saya sendiri belum pernah beli barang bekas. Mungkin karena saya sendiri juga nggak pernah menjual barang yang sudah pernah saya gunakan. Tapi lain kali saya akan coba pikirin lagi deh, kalau perlu beli barang lagi. Sejauh ini, masih butuh lebih banyak referensi tentang penjual barang-barang bekas yang bisa dipercaya.
ReplyDeleteAku termasuk yg suka beli barang bekas pas temen mau pindahan gitu mbak, mayan banget hemat dan masi bagus karena pemakaian pribadi
ReplyDeleteAku dulu juga berpikir sama sih mbak, kok beli barang bekas sih . Aku pribadi juga bukan yang jual barang bekas. Entah bukan karena apa, tapi lebih suka di kasih aja lah ke yang butuh gitu atau yang dikenal
ReplyDeleteNah setelah menikah pikiranku terkontaminasi oleh suami. Ia berpikiran bahwa barang bekas tak selalu buruk kok. Kita bisa tuh lihat e comerce besar yang jual barang bekas khususnya motor atau mobil. Iya juga ya
Bener mbak. Ini yang istri saya lakukan untuk baju-baju branded blio. Sayangnya cara ini kurang efektif buat saya, karena agak susah untuk cari baju bekas cwo yg branded.
ReplyDeleteSeru memang hunting barbeku ini.
Sejauh ini, aku memang belum pernah membeli barang bekas. Cuma kalau ingin beli barang yang branded misalnya. Kalau beli yang baru kan tentu harganya sesuai dengan kualitasnya kan. Nah rasanya kalau beli barang branded yang bekas tapi masih layak pakai kan harganya bisa lebih ringan. Nah ini sih menariknya menurutku. Cuma kudu ati-ati juga kan kita saat mau beli barang bekas gitu.
ReplyDeleteJadi ingat kalau di Jepang beli mobil bekas malah mahal di biaya pajak tahunannya.
ReplyDeleteTapi justru kalau kendaraan, yang bekas biasanya lebih "bandel" daripada beli mobil baru zaman sekarang.
Saya jg sering beli barang bekas karena harga lebih murah, lumayan menghemat, cuman emang kalo beli barang bekas saya lebih suka pegang dan cek barangnya langsung jadi milih beli dari toko atau orang pertama, lebih ada kepuasan gitu
ReplyDeleteBaru tahu ada jualan live gitu eh tahu deng biasanya di ecommerce kalau yang lain gak tahu. Kalai beli barang bekas belum punya pengalaman. Soalnya takut gimana gitu. Pas baca artikel ini jadi tahu infonya.
ReplyDeleteAku pengalaman beli barang bekas dari orang yang pindah rumah rasanya terlihat mahal banget, apalagi kalau semisal yang punya rumah B.U banget.. Harganya udah kayak ngalahin harga aslinya hha
ReplyDelete