Dalam hidup, kita pastinya takkan bisa terhindar dari yang namanya konflik. Entah itu dengan teman, rekan kerja, hingga keluarga. Kadang konflik tersebut bisa selesai dengan baik, namun ada juga yang menggoreskan luka yang mungkin sulit hilang selama beberapa waktu. Luka yang hadir akibat dari konflik ini bisa berupa perasaan tersinggung, marah, merasa dibohongi, ditipu, dimanipulasi dan rasa sakit lainnya yang muncul tak hanya akibat perbuatan namun juga perkataan seseorang. Di lain pihak, rasa sakit yang hadir akibat konflik tersebut memberikan pengalaman bagi kita tentang bagaimana cara memaafkan.
Ada sebuah peristiwa yang terjadi saat saya masih bekerja di perusahaan lama. Saat itu rencananya saya dan 2 orang karyawan lain akan berangkat ke luar kota untuk keperluan tender. Berhubung perjalanan memakan waktu lumayan lama, maka saya pun berangkat agak lebih pagi ke kantor. Begitu tiba di kantor alangkah terkejutnya saya kalau perjalanan tersebut tidak jadi dilakukan dan saya tidak mendapat informasi apapun sebelumnya.
Saya yang bingung entah kenapa merasa sangat marah dengan 2 orang rekan kerja yang bahkan tak memberi tahu kalau rencana perjalanan batal. Hal ini mungkin karena saya begitu bersemangat dengan perjalanan dinas luar kota ini. Akibatnya saya kehilangan mood dan bersikap buruk kepada rekan kerja tersebut seharian. Setiap kali dia mengajak bicara saya langsung melengos pergi. Saya juga selalu beralih jika satu ruangan dengannya. Entah si rekan kerja ini sadar atau tidak akan kemarahan saya namun hingga kemarahan saya surut saya tak pernah mendengar permohonan maaf darinya terkait perjalanan dinas yang batal tersebut.
Kata orang minta maaf itu sulit, namun sebenarnya memberi maaf juga tak kalah sulit
Ada sebuah lagu dari Elton John yang menyebutkan kalau kata maaf itu paling susah diucapkan. Yup, judul lagunya adalah "Sorry Seems to be the Hardest Word". Lagu ini sebenarnya berkisah tentang hubungan sepasang kekasih yang sedang bermasalah namun tak ada satu pun yang mau minta maaf. Akibatnya hubungan sepasang kekasih ini tak kunjung membaik padahal keduanya mungkin masih saling cinta.
Memang bagi sebagian orang, meminta maaf bisa jadi hal yang sulit dilakukan. Apalagi kalau orang tersebut merasa dirinya tidak melakukan kesalahan. Meminta maaf berarti seseorang harus menurunkan ego dan gengsinya untuk mengakui kalau dia salah. Bahkan ada yang menganggap meminta maaf berarti mengakui kalau dirinya kalah. Itulah sebabnya kadang mereka yang berani meminta maaf lebih dahulu itu disebut sebagai orang berjiwa besar. Namun benarkan demikian?
Sebenarnya tak hanya perkara meminta maaf, memberikan maaf juga merupakan hal yang sulit dilakukan bagi mereka yang merasa tersakiti. Ucapan atau perbuatan yang terlanjut menyakiti biasanya akan bertahan cukup lama hingga akhirnya memberikan efek negatif bagi seseorang. Bahkan ada juga yang mengalami trauma dari kejadian buruk yang menimpanya. Kalau sudah begini, pastinya sulit sekali untuk bisa langsung memaafkan orang yang sudah membuat kita terluka.
Namun perlu diingat bahwa terus memendam dendam pada orang lain takkan berdampak baik pada diri kita. Dalam sebuah novel yang baru selesai saya baca, diceritakan bagaimana tokoh utamanya selalu dihantui oleh pengalaman buruk di masa lalunya yang membuatnya selalu merasa terluka. Selain itu terus menerus menyimpan rasa marah dan dendam pada akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan mental kita.
Manfaat memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain
Tak hanya kepada orang lain, kita juga kadang tidak bisa memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang kita lakukan. Ada banyak cerita tentang mereka yang tak bisa memaafkan dirinya sendiri hingga berujung pada depresi. Padahal sejatinya memaafkan merupakan sebuah proses penerimaan dari kesalahan yang pernah kita atau orang lain lakukan.
Ada beberapa manfaat yang bisa didapat jika kita bisa memaafkan kesalahan diri sendiri ataupun orang lain yang saya kutip dari website www.sehatq.com. Beberapa manfaat tersebut diantaranya:
Memaafkan baik untuk kesehatan mental
Berdasarkan studi yang dilakukan Annals of Behavioral Medicine tahun 2007, disebutkan kalau memberi maaf dapat mempengaruhi kadar stres yang dialami seseorang. Semakin besar kemampuan seseorang untuk berbesar hati, maka tingkat stress akan menurun. Selain itu, gejala gangguan psikologis juga berkurang.
Memaafkan dapat membuat hidup lebih tenang
Dengan memaafkan, kita bisa jadi melepaskan beban hidup yang selama ini membuat hidup terasa berat. Hal ini pastinya akan membuat hidup kita terasa lebih tenang dan damai karena tak ada lagi dendam di hati.
Memaafkan dapat memperbaiki hubungan dengan orang lain
Saat kita menyimpan rasa dendam, bisa jadi hal tersebut membuat hubungan kita dengan orang lain terganggu. Rasa trauma membuat kita takut berhubungan dengan orang lain atau malah tak percaya lagi dengan orang lain. Dengan memaafkan, membuat hati lebih tenang dan pastinya berpengaruh pada hubungan dengan orang lain.
Memaafkan dapat memberi dampak positif pada fisik
Tak hanya berpengaruh pada mental, memaafkan juga ternyata bisa mempengaruhi kondisi fisik kita. Seiring dengan hati yang lebih tenang dan tidak stress, maka hal ini juga akan membuat fisik membaik seperti:
- Menurunkan tekanan darah
- Mengurangi rasa cemas
- Membuat tidur lebih nyenyak
- Meningkatkan kepercayaan diri
- Menjaga sistem imun
Pengalaman memaafkan saat hati tersakiti
Beberapa tahun yang lalu, saya sempat mengalami sebuah luka yang lumayan perih terkait putusnya hubungan seseorang di masa lalu. Berbulan-bulan saya habiskan dengan menangis dan menyesali diri yang terlalu percaya dengan orang tersebut. Saking terlukanya, saya sampai sempat mengucapkan kata-kata kasar padanya.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya melakukan introspeksi diri dan berusaha memaafkan kesalahan orang tersebut. Belakangan saya pun sadar kalau apa yang terjadi pada kami memang sudah yang terbaik yang diberikan oleh Allah Swt. Saya juga belajar dengan memaafkan kesalahan orang tersebut, saya juga belajar memaafkan diri sendiri.
Dari pengalaman yang saya alami, untuk bisa memaafkan kesalahan dari orang lain yang menyakiti kita atau bahkan memaafkan diri sendiri, pastinya memerlukan proses dan waktu. Ada yang prosesnya lama namun ada juga yang prosesnya sebentar. Semua ini tentunya bergantung pada bagaimana kita meluaskan hati untuk bisa menerima dan memaafkan kesalahan orang lain.
Namun satu hal yang pasti, memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan tersebut. Dan perlu diingat, memaafkan bukan menjamin hubungan akan kembali seperti semula karena yang namanya luka pasti meninggalkan bekas. Bekas luka inilah yang nantinya akan menjadi pengingat kita untuk tak lagi jatuh pada lubang yang sama.
10 Comments
memaafkan bukan menjamin hubungan akan kembali seperti semula karena yang namanya luka pasti meninggalkan bekas. Bekas luka inilah yang nantinya akan menjadi pengingat kita untuk tak lagi jatuh pada lubang yang sama. >>>sapakat ananda.
ReplyDeleteHihi sebagai orang yang pendendam can relate sih Mbak sama ceritanya. Tapi kalau saya pasti udah mengkonfirmasi langsung ke mereka berdua kok nggak ngasih info apa-apa siiihhh? Emosi. Wkwk..
ReplyDeleteSaya sendiri juga termasuk tipe yang susah memaafkan. Karena kalo udah memaafkan harus mengikhlaskan semua salah-salahnya orang tersebut kan ya? Saya mah sukanya masih ingeeeet terus kalau ada orang yang nyakitin hati 😅 padahal termasuk orang yang santai, tapi kalo udah ada yang ngeselin buat saya berarti udah kebangeten.
Harus belajar memaafkan nih, karena manfaatnya banyak ya..
Iya mba, jadi ingat mau menulis soal memaafkan juga. Kuncinya di ego dan gengsi, hehe. Saya juga ada pengalaman mirip2 deh. Alhamdulillah sudah lewat semua
ReplyDeletememaafkan bisa saja dilakukan, namun luka yang telah ada kayaknya sulit untuk dilupakan, seringnya jika kesalahannya fatal akan sulit ya untuk bisa bersikap baik seperti sedia kala lagi.
ReplyDeleteMemaafkan ini efeknya emang luar biasa ya. Dan banyak orang yang ga sadar kalo memaafkan itu bisa membuat hidup seseorang jadi berubah jauh lebih baik. Semoga kita semua bisa belajar menjadi pribadi pemaaf.
ReplyDeleteHihi terkadang udah siap-siap dengan semangat yang tinggi tau-tau gak jadi karena gak ada kabar sama sekali itu memang rasanya menyakitkan sekali. Walaupun nantinya bakal digantikan dengan hari lain atau bahkan malah gak jadi sama sekali pasti rasanya bakal beda banget, dan mood nya juga udah gak se-waw yang pertama kali. Memberi kabar memang penting banget walaupun hal itu sekecil apapun.
ReplyDeleteAduh ditambah gak kasih kabar, gak ada minta maaf lagi ya. Hal itu udah kayak telor tanpa kuningnya, hambar. Tapi kalau udah sekantor terus menerus gitu ya agak sulit juga, setiap hari bakal ketemu. Mau gak mau walau sulit harus saling sapa dan meminta maaf satu sama lain, agar tidak berimbas ke aktivitas atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dilain waktu.
memaafkan memang sulit apalagi kalau udah sakit hati banget. Atau keadaan tidak sesuai dngan kondisi yang kita inginkan. Pasrah, berdamai pastinya butuh proses yang waktunya mungkin tidak bisa dibatasi, dan pastinya berbeda. Tapi langkah awal yang terpenting, proses penyembuhan disadari dan dijalankan
ReplyDeleteMemaafkan atau meminta maaf ini menurut saya harus diajarkan sejak anak-anak masih dini. Sedini mungkin akan lebih baik. Bisa dengan cara orang tua memberikan contoh sehingga anakpun terbiasa dengan kata maaf.
ReplyDeleteNah, ada beberapa orang terdekat yang sulit sekali bilang kata "maaf" dan setelah saya telusuri mereka tidak pernah mendengar orang tuanya mengatakan kata maaf ketika mereka kecil.
Ya, mungkin banyak orang tua yang merasa "aneh" saat harus meminta maaf kepada anaknya. Tidak sedikit orang tua yang merasa bahwa meminta maaf itu mengajarkan anak menjadi sombong, naudzubillah ^_^
Setuju banget dengan manfaat meminta maaf seperti yang kakak sebutkan dalam artikel tersebut, sayangnya tidak semua orang bisa mendapatkannya karena sulitnya minta maaf atau memaafkan. Butuh proses ^_^
Benar sekali...
ReplyDeleteAku masih ingat lagunga The Corrs sampai sekarang, "Forgiven, but not forgotten."
Tapi aku punya cara jitu melupakan kesalahan orang, yakni dengan mengingat banyak kebaikannya. Kalau cara itu gak berhasil juga, aku biasanya kaya kak Aya, meminimalisir frekuensi bertemu.
Rasanya uda paling pas tidak terlalu masuk ke dalam kehidupan orang lain.
Aku juga pernah mengalami beberapa konflik dengan teman kerja, disakiti dan dikecewakan oleh orang yang harus kita temui setiap hari itu emang nggak nyaman banget. Bikin mood kerja rusak bahkan sampai pengin pindah kerja aja. Tapi Alhamdulillah aku bisa mengatasinya, aku memaafkan namun tak pernah melupakan. Hal itu aku jadikan pelajaran dan berhati-hati dengan orang yang bersangkutan.
ReplyDelete