Apa yang ada di pikiran kalian jika mendengar kata penyakit kusta? Apakah penyakit menular yang bisa menimbulkan kecacatan bagi penderitanya? Atau malah penyakit kutukan yang membuat penderitanya harus dihindari? Saya pribadi jujur tak banyak mengetahui tentang penyakit ini. Satu-satunya informasi yang saya tahu hanya penyakit kusta bisa membuat penderitanya cacat dan dikucilkan masyarakat.
Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit kusta, beberapa waktu lalu saya mengikuti talk show dan diskusi publik tentang penyakit kusta yang diadakan oleh KBR dan NLR Indonesia. Dari hasil talk show ini saya baru tahu kalau Indonesia ternyata menduduki ranking 3 pasien kusta terbanyak di dunia. Dari data yang ada disebutkan kalau di tahun 2021 masih ada kasus baru kusta pada anak sebanyak 9,14% sementara masih ada 8 provinsi yang belum bebas kusta dan jumlah orang yang terkena kusta di angka 20 ribu.
Tentunya data yang disebutkan ini cukup membuat saya kaget dong. Lalu bagaimana penanganan penyakit kusta ini? Mari lanjut baca tulisan ini.
Mengenal penyakit kusta
Kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae). Penyakit kusta menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lain, kecuali otak. Penyakit ini sendiri masuk dalam kategori penyakit tropis terabaikan (neglected tropical desease) karena sudah ada sejak 1400 tahun Sebelum Masehi dan masih mengintai masyarakat hingga sekarang.
Uniknya, meski termasuk penyakit menular, penularan yang terjadi pada penyakit kusta tidaklah mudah. Ini karena bakteri dari penyakit kusta ini memiliki masa inkubasi yang cukup lama yakni 5 sampai 10 tahun. Seseorang juga tidak akan tertular kusta lewat jabat tangan dan bersentuhan fisik dengan penderita kusta. Perlu interaksi yang cukup lama dan terus-menerus untuk bisa membuat seseorang tertular penyakit kusta.
Dalam talkshow "Melihat Potret Kusta di Indonesia" yang diadakan 19 April 2021 lalu, dr. Udeng Daman, Technical Advisor Program ko Kusta NLR Indonesia selaku narasumber menyebutkan beberapa gejala dari penyakit kusta ini antara lain:
- Adanya bercak kulit yang mati rasa. Bercak kulit ini bisa berwarna putih atau kemerahan
- Adanya penebalan saraf, misalnya saraf tepi di siku dan di kaki dan terjadi gangguan pada fungsi saraf tersebut
- Ditemukan bakteri pada kulit, meski tidak semua kusta memiliki bakteri di permukaan kulitnya.
WHO membagi penyakit kusta ini atas 2 jenis yakni Pausibasiler (PB) atau kusta kering dan Multibasiler (MB) atau disebut juga kusta basah. Pada tipe kusta kering (PB), kulit penderita menunjukkan gejala kusta kering yakni munculnya 1-5 bercak putih di kulit yang mati rasa. Bercak putih ini kalau dilihat tampak seperti panu. Penyakit kusta kering ini bisa disembuhkan dengan rutin meminum obat selama 6 bulan.
Sedangkan pada kusta basah (MB) kulit yang terkena kusta tampak berwarna merah mengilat seperti basah. Kusta basah ini lebih mudah menular karena bakteri berada di permukaan kulit. Meski demikian, kusta basah dapat disembuhkan dengan rutin meminum obat selama 12 bulan.
Bagaimana penyakit kusta menular?
- Mata tidak dapat menutup, bahkan sampai buta
- Mati rasa pada telapak tangan, jari-jari kiting, memendek, putus, lunglai
- Mati rasa pada telapak kaki, jari kiting, memendek, putus, semper
Pencegahan penyakit kusta di masyarakat
- Penemuan dan pengobatan sejak dini
- Kepatuhan penderita untuk berobat teratur
- Dukungan keluarga dan masyarakat sekitar
- Keterampilan petugas dalam upaya mencegah kecacatan
Lalu bagaimana cara agar kita terhindar dari penyakit kusta? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Imunisasi BCG pada bayi dapat mengurangi resiko terkena penyakit kusta
- Segera berobat ke puskesmas jika menemukan bercak putih pada kulit yang mati rasa
- Cacat kusta dapat dicegah dengan minum obat dan periksa ke Puskesmas dengan teratur
- Pemberian obat pencegah kusta dengan prosedur. Saat ini sudah ada obat yang bisa dikonsumsi untuk mencegah kusta bagi anggota keluarga dari penderita kusta
15 Comments
ternyata kusta masih ada di Indonesia, ya. peringkat 3 di dunia, malah
ReplyDeleteEdukasi seputar kusta harus terus digencarkan.
ReplyDeletesupaya orang2 ngga salah kaprah ttg penyakit ini ya Kak
Terima kasih artikelnya
Berarti harus jaga kebersihan lingkungan ya, setidaknya menghindari adanya penularan, meskipun penularannya dari droplet. Gejalanya sampai bisa bikin buta
ReplyDeleteJadi teringat dulu waktu masih kecil saya sering membaca tentang penyakit kusta dari semacam pamflet milik kakak sepupu yang kebetulan bekerja di dinas kesehatan. Ada banyak pamflet-nya, semuanya saya baca tapi waktu itu masih kecil jadi belum ngerti, *tutup muka pakai bantal*
ReplyDeleteMengganggu sekali sepertinya Penyakit Kusta ini,
ReplyDeleteSemoga kita senantiasa terhindar olehnya 😍
Penting banget nih, supaya para penderita Kusta nggak dikucilkan juga bisa ditangani. Selain itu kita yang nggak tertular bisa turut serta ikutan aksi preventifnya.
ReplyDeletesaya pikir penyakit kusta sudah nggak ada di Indonesia
ReplyDeleteternyata masih ada ya?
semoga semakin banyak yang aware dan kampanyenya semakin digalakkan
agar penyakit kusta bisa dibasmi tuntas dari bumi Indonesia
Pertama kali denger penyakit kusta waktu SD. Dulu penyakit ini horor banget di mataku. Ternyata ada cara pencegahannya ya mbak. Sehat-sehat selalu mbak.
ReplyDeleteKusta ini pernah dengar dulu ternyata kalo g ditangani secara intensif bisa bikin kebutaan yaa
ReplyDeletePenting nih masalah kusta harus tetap di suarakan biar banyak yang tahu dan mengenal ciri-ciri dari penyakit kusta. Serem yaa ternyata kusta penyakit tertinggi ke 3 di Indonesia
ReplyDeleteMengapa Indonesia selalu memecahkan rekor ya kalau soal penyakit. Kalau riset lagi tentang suatu penyakit, Indonesia muncul urutan awal. Misal kanker payudara jantung. Apakah karena sulitnya menerapkan pola hidup sehat padahal mudah saja
ReplyDeletebaru tau kalau Penularan kusta terjadi jika seseorang terkena percikam droplet dari penderita kusta secara terus menerus ..ternyata ya.gak otomatis gt dan tergantung lagi sama daya tahan tubuh
ReplyDeletePenularannya lama dan dalam jangka waktu terus menerus ya. Kudu tetap jaga kebersihan
ReplyDeleteNanti deh coba cek di channel youtube KBR
Baca ulasannya akhirnya paham penularan penyakit kusta. Ngeri juga gelaja itu muncul setelah beberapa tahun.
ReplyDeleteDan saya kira di Indonesia penyakit kusta sudah tidak ada. Ternyata masih. Semoga masyarakat luas baca artikel KK.. penting ini.
Ternyata kusta juga penyakit menular yaa mba. Jadi kayak TBC yg dikira penyakit kutukan lah, apalah..
ReplyDelete