Sudah cukup lama rasanya sejak terakhir kali saya menonton film bioskop. Sejak Corona hadir di tahun 2020 lalu, bisa dibilang industri perfilman dunia mengalami sedikit kemunduran. Film-film tak lagi bisa tayang di bioskop dan para penonton pun tak lagi bisa merasakan sensasi menonton film di bioskop. Sebagai gantinya, kini film-film baru ditayangkan di layanan streaming seperti Netflix atau Disney, termasuk White Tiger yang lumayan jadi pembicaraan di awal tahun 2021 ini.
White Tiger sendiri merupakan film yang diangkat dari novel yang ditulis oleh Aravind Adiga pada tahun 2008 dan meraih penghargaan 40 Man Booker Prize. Buku ini kemudian diadaptasi oleh sutradara Ramin Bahrani dan dibintangi oleh Adarsh Gourav sebagai pemeran utama serta Rajkummar Rao dan Priyanka Chopra sebagai pemeran pendukungnya. Meski berlatar belakang kehidupan di India, film ini bukan pure film Bollywood ya, mengingat diproduksi oleh rumah produksi Amerika. Nah, bagaimana kisah dari The White Tiger ini? Berikut review saya.
Review White Tiger
Balram Halwai terlahir sebagai putra penarik rickshaw di desa Laxmangarh. Saat masih kecil, Balram menunjukkan kemampuan membacanya dengan baik hingga membuat gurunya kagum. Balram kemudian diberi julukan White Tiger, jenis harimau yang hanya muncul sekali dalam satu genarasi. Guru tersebut juga menjamin kalau Balram akan bisa melanjutkan sekolahnya ke Delhi dan menjadi orang sukses seperti Sosialis Besar, seorang menteri yang berasal dari kasta rendah.
Sayangnya karena ayahnya tak mampu membayar kepada tuan tanah, impian Balram untuk bersekolah harus pupus. Belum lagi tak lama kemudian ayahnya meninggal karena TBC. Balram pun terpaksa mengikuti jejak sang kakak bekerja di kedai teh, memecah batubara dan menyajikan teh kepada pelanggan sembari sesekali menguping pembicaraan mereka.
Tak mau terus-terusan bekerja sebagai pelayan di kedai teh, Balram mencari cara untuk mendapat pekerjaan lain. Saat tuan tanah di yang dikenal dengan sebutan Si Bangau datang ke desa mereka, Balram pun tahu dia harus bekerja apa. Balram akan menjadi sopir untuk putra bungsu tuan tanah yang baru pulang dari Amerika, yakni Ashok.
Untuk bisa menjadi sopir, Balram harus mengikuti kursus dengan biaya 300 rupee. Balram berusaha membujuk neneknya Kusum agar mau membiayai kursus tersebut. Awalnya neneknya menolak permintaan Balram namun dengan bujukan Balram akhirnya Nenek setuju dengan syarat Balram harus menyerahkan seluruh gajinya sebagai sopir kepada nenek.
Setelah selesai menjalani kursus menyetir, Balram datang ke kediaman tuan tanah Si Bangau di Dhandbad untuk melamar pekerjaan sebagai sopir. Bermodal ucapan kalau dirinya berasal dari Laxmangarh, Balram pun diterima bekerja sebagai sopir kedua untuk Ashok. Tak seperti ayah dan kakaknya, Ashok yang menjadi memiliki sifat yang lebih moderat dan menghargai orang yang berada di bawahnya. Ia juga menikah dengan Pinky, wanita yang berbeda kasta dengannya dan beragama Kristen.
Suatu hari Sosialis Besar datang ke kediaman tuan tanah Bangau terkait pajak dari usaha batu bara mereka. Karena melakukan penggelapan pajak, Sosialis Besar meminta Si Bangau untuk membayar sejumlah uang kepadanya. Hal ini membuat Si Bangau dan anaknya bersitegang. Pada akhirnya, Ashok dan Pinky berangkat ke Delhi untuk menyelesaikan masalah pajak usaha batubara keluarga ini. Balram sendiri, dengan sedikit akal liciknya akhirnya berhasil ditugaskan menemani Ashok dan Pinky ke Delhi.
Selama berada di Delhi, Balram bertugas mengantar Ashok ke berbagai kantor pemerintahan dan politik untuk melakukan penyuapan. Selain sebagai sopir, Balram juga merangkap tugas sebagai pelayan Ashok dan Pinky selama berada di Delhi. Satu malam, di hari ulang tahun Pinky, sebuah tragedi terjadi. Pinky yang menyetir dalam keadaan mabuk menabrak seorang anak kecil di jalan raya. Pinky yang panik berniat melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Namun Balram meyakinkan kedua majikannya itu untuk pergi saja dari lokasi kejadian.
Keesokan harinya Balram dipanggil untuk menemui majikannya. Ternyata dalam pertemuan tersebut Balram disuruh menandatangani surat pengakuan bahwa dirinyalah yang mengemudi saat terjadi kecelakaan di malam sebelumnya. Di titik inilah Balram sadar bahwa dirinya tak jauh berbeda dengan orang-orang India lainnya yang serupa dirinya. Mereka yang berkasta rendah yang bisa diperlakukan seenaknya oleh tuannya. Dalam hal ini Balram menggambarkan dirinya seperti ayam yang berada di kandang dan menunggu waktunya untuk disembelih.
Meski pada akhirnya surat pengakuan tersebut tak berguna karena tak ada laporan kecelakaan dari keluarga korban, tetap saja terjadi perubahan pada diri Balram. Apalagi kemudian Pinky memutuskan meninggalkan Ashok kembali ke Amerika dan mengajukan perceraian. Sejak saat itu, Balram yang sudah muak dengan keadaan dirinya mulai memikirkan cara bagaimana agar dirinya bisa terbebas dari takdir sebagai seorang bawahan. Puncaknya, Balram pun melakukan hal paling keji yang bisa dilakukan seorang pelayan kepada majikannya.
Kesan setelah menonton White Tiger
Sebelum menonton film White Tiger, saya menyempatkan diri membaca novelnya terlebih dahulu. Kebetulan saat berkunjung ke perpustakaan daerah saya menemukan novelnya di salah satu rak dan tanpa pikir panjang langsung membawanya ke bagian peminjaman untuk dibawa pulang.
Dari segi cerita, baik versi novel maupun film White Tiger tidak terlalu banyak perbedaan dalam hal inti cerita. Bahkan saya merasa versi filmnya berhasil menggambarkan novel ini dengan lebih baik. Salah satunya detail yang saya suka ada karakter Pinky yang di film ini terlihat lebih berani menyuarakan pendapatnya, sesuai dengan latar belakangnya yang hidup di Amerika.
Di sisi lain, film White Tiger mau tak mau mengingatkan saya akan film
Parasite yang menang Oscar tahun 2020 lalu. Kesamaan tema yang diangkat yakni kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin menjadi salah satu hal yang membuat kedua film ini terasa mirip. Tentunya jika dibandingkan dengan Parasite, cerita White Tiger terasa lebih kompleks mengingat bagaimana kontradiktifnya kehidupan masyarakat di India.
Dalam hal akting sendiri, Adarsh Gourav menampilkan kemampuan akting yang sangat baik sebagai Balram. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Priyanka Chopra dan Rajkummar Rao yang menemani Adarsh dalam menjalani lakonnya. Wajar saja mengingat keduanya termasuk dalam jajaran aktor terbaik Bolllywood. Padahal sebelumnya saya ragu lho, Priyanka Chopra cocok memerankan sosok Pinky. Hehe.
Pesan moral dari film White Tiger
Lalu bagaimana dengan pesan moral yang bisa didapat dari film ini? Well, meski keseluruhan cerita dari White Tiger adalah tentang kisah seorang penjahat, namun setidaknya ada beberapa pesan moral yang bisa diambil. Berikut sedikit yang bisa saya simpulkan:
Seseorang wajib memperjuangkan nasibnya
Dalam film ini, Balram merupakan anak yang berasal dari kasta rendah dan miskin. Ayahnya bekerja sebagai penarik rickshaw dan kakaknya bekerja di kedai teh. Tak mau terus-terusan hidup sebagai pelayan teh, Balram mencari cara agar bisa keluar dari pekerjaan itu. Dia ingin meningkatkan taraf hidup dan melihat peluang dengan menjadi sopir. Dari sini bisa dilihat kalau Balram adalah orang yang ingin memperjuangkan nasibnya.
Pandai melihat peluang
Kepandaian Balram melihat peluang diperlihatkan saat dirinya bertemu dengan Ashok dan memutuskan untuk belajar mengemudi. Tak hanya itu, setelah terbebas dari statusnya sebagai pelayan, Balram pun memulai kehidupan baru sebagai seorang enterpreneur. Di tempat baru, Balram melihat peluang dalam bisnis antar jemput karyawan. Dari uang yang dimilikinya, Balram pun memulai bisnis taksi antar jemput dan sukses dengan usahanya.
Berhati-hatilah memperlakukan orang lain
Salah satu titik balik dari film ini adalah ketika Balram diminta bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi di malam ulang tahun Pinky. Perlakuan tak menyenangkan yang ia terima dari ayah Ashok membuatnya sadar kalau kesetiaanya sebagai pelayan tak akan membuatnya dihargai selayaknya. Padahal Ashok sendiri selalu memperlakukan Balram dengan baik. Namun karena Balram terlanjur kecewa pada akhirnya Ashok harus menerima nasib buruk akibat perlakuan orang tuanya.
Demikian review Film White Tiger yang ingin saya bagikan. Apakah teman-teman sudah menonton filmnya?
Baca Juga
30 Comments
Saya nonton film ini dan entah kenapa nggak begitu suka hehehehe. Betewe nggak setuju juga jika dikatakan ini film Amerika. Secara Purple Pebble Pictures kepunyaan Priyanka yang base di Mumbai punya andil memproduksi film ini. Jadi mungkin film ini adalah hasil kerjasama dua rumah produksi di dua negara.
ReplyDeletewah kenapa nggak suka? kurang greget atau gimana? kalau di wikipedia film ini disebut drama amerika jadi aku ikut aja. hehe. aku edit deh kalimatnya
Deletekenapa stop langganan, mas?
ReplyDeleteKalo bosen nge-drakor, kyaknya bisaaa nih lihat pilem WHITE TIGER ini :D
ReplyDeleteCeritanya inspiring ya mba
Pesan kehidupan dari White Tiger ini dalam banget.
ReplyDeletePerjuangan dari seseorang, dari bawah menuju ke "atas".
Wah udah lama aku nggak nonton Bollywood deh. Film Bollywood yang kutonton keknya filmnya Amir Khan yang 3 idiots apa ya... Tapi boleh lah dicoba nonton, sepertinya menarik temanya.
ReplyDeleteMbak antuuuuung, thankisss sudah ngereview film ini, lagi bosen kayaknya pengin lihat film tapi film apa gitu...ini nih kayaknya masuk list film yang harus ku tonton weekend ini, asyiiiiik.....
ReplyDeleteYuk mari ditonton filmnya, mbak
Deletepengen deh nonton white tiger ini, mbak nonton di mana? udah lama banget ga nonton film bolywood..daripada nonton penthouse terus yakan heihi
ReplyDeleteAda di netflix, mbak
DeleteWah aku suka film Parasite. Mungkin bisa aku coba nonton nih White Tiger
ReplyDeleteAku mau nonton aaahhh White Tiger iniii.. jarang-jarang dan udah lama gak nonton Bollywood. Untuk isu yang diangkat film ini juga aku suka sekali...
ReplyDeletePesan yang terkandung dalam filmnya bagus ya. Menginspirasi. Boleh coba ah nonton kalau bingung mau nonton apalagi. Hehe..
ReplyDeleteSuka banget cerita yang mengangkat orang yang tertekan dari kasta rendah. Tidak bisa mendapatkan akses apa pun. Hidupnya terlunta-lunta, sampai titik darah penghabisan.
ReplyDeleteUdah lama ga nonton film, apalagi sejak bioskop ditutup. Kalo nonton di rumah seringkali ga bisa fokus. Baru nonton sebagian, udah ditinggal ngerjain hal lain. ��
ReplyDeleteAku jarang banget nonton film bollywood, tapi kapan-kapan boleh deh nonton film white tiger ini, kayaknya seru juga filmnya
ReplyDeleteNah yaa..dari nonton White Tiger, kita menjadi tersadar bahwa ada banyak hal yang terjadi di dunia ini tidak bisa diselesaikan dengan uang, tapi membutuhkan kepercayaan dan tanggung jawab.
ReplyDeleteBagus banget.
ah ini film yg lagi banyak dibicarakan sama teman teman ku yg suka bisnis
ReplyDeletebanyak hikmah buat para entrepreneur ya mbak
salah satunya jeli melihat peluang
Udah lama nggak nonton film India. Ada rekomendasi cus nonton.
ReplyDeleteAku baru tahu ada film ini hehe dari reviewnya sudah sangat menarik apalagi filmnya. Jadi pengen coba.
ReplyDeleteWuih seperti The White Tiger ini akan menjadi list tontonan berikutnya nih. Makasih yah mba atas review nya, berhasil buat aku penasaran euy hehe.
ReplyDeleteBelum pernah nonton, batu tahu hehehe
ReplyDeleteNovelnya juga ga tahu nih ada di ipusnas apa tidak ya... Judul film dan novelnya sama kena ya?
Benar sekali. Kita harus memperlakukan orang lain dengan baik. Namun, ada kalanya dalam kondisi tertekan, orang yang punya kekuasaan condong untuk mengintimidasi bawahan, padahal sebelumnya mungkin baik.
ReplyDeleteAku sudah nonton tapi aku kurang suka filmnya. Pertama pas muncul di Netflix saya pikir film Bollywood, tapi di katalognya masuk film Hollywood.
ReplyDeleteSaya termasuk yang memang suka film India atau pun film yang berlatar di India. Salah satu alasannya adalah karena film India pandai memberikan gambaran kearifan lokalnya sekalipun itu produksi non Bollywood seperti Slumdog Milionare (2008) atau Hotel Mumbai (2018).
Nah, di White Tiger ini agak kurang penggalian latar lokalnya. Serasa 'India' di film ini hanya sebatas numpang nama saja.
film yang bagus biasanya dibuat based on novel
ReplyDeletedrama series juga
hihihi tapi saya nggak suka kalau pemeran utamanya antagonis
Sebaik apapun orang, sebanarnya jika sudah punya kekuasaan ekonomi (majikan, pencari nafkah, dsb), tetap ada unsur kuasa dan bisa sewaktu-waktu memanfaatkan orang yang lemah.
ReplyDeleteSaya suka film yang punya nilai perjuangan, terutama kemerdekaan dari kesewenang-wenangan orang lain, bangkit dari keterpurukan. Layak dicoba nih filmnya.
iya ya mbak, harta dan tahta kadang membuat orang seolah lupa diri. suka menindas yg lemah.
Deleteini film yg inspiratif ya
Itu kali ya yang disampaikan orang-orang, bahwa sesabar-sabarnya orang ada batasnya, makanya Balram pun demikian dia harus bertindak
ReplyDeleteaku belum nonton nih padahal udah liat posternya seliweran di dashboard, hahaha. aku nonton deh,
ReplyDeleteBagus juga ternyata ceritanya waktu itu perah lihat iklannya di Netflix klo gak salah. Ya manusia ada batasnya kalau mau lepas dr jerat mau harusnya , berusahsa keras dan jujur
ReplyDelete