Setiap mendengar ada kabar mutasi karyawan, berbagai pertanyaan muncul di kepala saya. Siapakah yang akan dimutasi kali ini? Apakah kali ini giliran saya? Ke bagian manakah saya akan dimutasi? Atau saya akan tetap bertahan di sini? Begitulah pertanyaan yang selalu hadir jika kabar mutasi menyeruak di perusahaan.
Seperti awal Januari ini, selama 2 hari saya dan rekan-rekan yang lain harap-harap cemas menanti apakah akan menerima surat internal dari perusahaan terkait mutasi karyawan. Sejak akhir tahun 2020 kemarin, isu adanya mutasi besar-besaran memang sudah terdengar. Wajar saja sih, mengingat sudah lewat 2 tahun sejak mutasi karyawan terakhir diberlakukan di perusahaan saya.
Saya sendiri sudah 7 tahun berada di departemen yang sama. Di tahun 2018 kemarin, saya mendapat mutasi internal yang kalau diibaratkan kayak pindah kamar dalam rumah. Kalau ditanya apakah saya betah berada di departemen ini, jujur saya nyaman-nyaman saja karena teman-teman di departemen ini semuanya asyik-asyik dan menyenangkan.
Lalu kalau ditanya apakah saya bosan berada di tempat yang sama selama 7 tahun? Hmm.. entah ya. Rasa bosan pasti ada. Apalagi di divisi yang baru pekerjaan saya terbilang monoton dan harus selalu stand by di depan komputer. Tapi seperti yang sering saya katakan, "Selama saya bisa internetan, buka youtube dan ngeblog, I will be fine." Hihi.
Mutasi karyawan, tujuan dan alasannya
Dalam sebuah perusahaan, mutasi atau pemindahan karyawan bukanlah hal yang baru. Mutasi karyawan merupakan sebuah langkah yang dilakukan perusahaan dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja di perusahaan tersebut. Secara umum, mutasi karyawan memiliki beberapa tujuan antara lain:
- Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
- Menambah dan memperluas pengetahuan karyawan
- Menghilangkan rasa bosan atas pekerjaan yang dijalani
- Sebagai pemicu agar karyawan mau dan terus berupaya dalam meningkatkan karir
- Sebagai pelaksanaan hukuman atau sanksi atas pelanggaran yang dilakukan karyawan
- Sebagai imbalan atas prestasi karyawan
- Penyesuaian pekerjaan karyawan dengan kondisi fisik karyawan
- Mengatasi konflik yang terjadi antar karyawan
Lalu apa saja yang bisa membuat seorang karyawan dimutasi? Berikut beberapa alasannya:
Sudah terlalu lama berada di posisinya
Berada di zona nyaman kadang memang menyenangkan. Namun kalau terlalu lama berada di zona nyaman juga bukan hal yang baik. Seorang karyawan yang terlalu lama berada di posisi yang sama pasti juga akan merasakan kejenuhan dan bisa jadi malah tidak berkembang.
Apalagi kalau zona tempatnya bekerja juga bukan wilayah yang memberikan tantangan setiap harinya. Dengan dilakukan mutasi, karyawan yang terlalu lama berada di zona nyaman akan mendapat suasana baru dalam bidang pekerjaannya.
Bermasalah dengan rekan kerja/atasan
Konflik dalam dunia kerja bukanlah hal yang aneh terjadi. Cukup sering kita temukan karyawan yang bermasalah dengan rekan kerja bahkan mungkin atasannya. Alasan dari konflik ini bisa jadi masalah personal atau mungkin persaingan antar karyawan. Adanya konflik dalam satu divisi tentunya bukanlah hal yang sehat bagi sebuah perusahaan. Dan salah satu solusi dalam hal ini adalah dengan melakukan mutasi terhadap karyawan yang berkonflik ini agar tak mengganggu kinerja perusahaan.
Kemampuannya diperlukan di divisi lain
Dalam proses penerimaan sebuah perusahaan, kadang latar belakang pendidikan calon karyawan tidak terlalu berpengaruh dalam penempatan posisi kerja. Apalagi kalau misalnya kualifikasi yang dicari adalah SMA, maka biasanya akan ditempatkan di divisi umum. Dalam perjalanannya, bisa jadi karyawan tersebut berhasil meningkatkan kualifikasi jenjang pendidikannya sehingga berhak untuk ditempatkan di divisi yang lebih spesifik.
Mendapat promosi
Penyebab lain karyawan dimutasi adalah karena karyawan tersebut mendapat promosi atau naik jabatan. Tentunya mutasi seperti ini merupakan hal yang menyenangkan, ya, karena naik jabatan berarti naik gaji pula. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja ini, promosi bisa terjadi lewat serangkaian tes atau atas rekomendasi atasan. Misal yang dulunya staf bisa naik menjadi koordinator.
Mutasi karyawan bikin senang atau kecewa?
Saat menerima kabar mutasi, biasanya akan ada beberapa reaksi yang muncul bagi seorang karyawan. Reaksi pertama adalah senang, karena mutasi tersebut adalah hal yang sudah ditunggu-tunggu dan divisi yang diberikan juga sesuai dengan keinginannya. Sedangkan reaksi kedua kedua adalah kecewa karena mungkin divisi yang baru bukan yang diharapkan atau karena masih betah di divisi lama. Ada juga reaksi ketiga yakni takut. Takut tidak betah di departemen baru, takut tidak punya teman dan ketakutan lainnya yang mungkin akan hadir saat menerima surat mutasi.
Selain rasa senang dan kecewa, mutasi karyawan juga memberikan sebuah efek baru bernama adaptasi bagi karyawan tersebut. Lingkungan baru, rekan kerja baru dan kebiasaan baru sudah menunggu di departemen yang dituju. Jika karyawan yang dimutasi merupakan karyawan dengan kepribadian ekstrovert, pastinya takkan kesulitan beradaptasi dengan orang-orang di lingkungan baru. Namun bagi mereka yang introvert, mungkin akan butuh waktu untuk beradaptasi di departemen baru ini.
Sebagai orang yang baru merasakan mutasi internal, tentunya
saya tak mengalami yang namanya adaptasi dengan lingkungan baru karena
saya tetap berada di ruangan yang sama. Adaptasi yang harus saya hadapi
hanya berupa perubahan tugas kerja harian dan pergantian tipe atasan.
Jujur jika ditanya apakah jika mendapat jatah mutasi saya akan senang atau kecewa, maka jawaban saya adalah takut. Kenapa takut? Saya takut akan kesulitan beradaptasi di lingkungan baru mengingat kepribadian saya yang introvert, suka menyendiri dan cenderung tak memperhatikan lingkungan sekitar. Kalau kata orang Banjar, saya ini orangnya kada heran-heran lawan orang. Itulah sebabnya saya lumayan takut kalau harus kena mutasi ke departemen baru dengan image seperti ini.
Mutasi tahun ini
Rabu pagi, pengumuman mutasi akhirnya dikeluarkan. Sebanyak 61 karyawan dimutasi dari tempat mereka masing-masing. Ada yang naik jadi koordinator ada juga yang dipindah ke departemen baru. Ajaibnya, di departemen saya hanya ada 1 karyawan yang keluar dan ada penambahan 2 orang karyawan di salah satu sub departemen.
Saya sendiri lagi-lagi tak masuk dalam daftar mutasi yang artinya saya akan kembali duduk di bangku yang sama selama beberapa waktu ke depan. Yah, setidaknya untuk sementara saya tak perlu takut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru karena mutasi. Hehe.
Nah, teman-teman sesama karyawan, ada pengalaman apa nih seputar mutasi?
31 Comments
Ah iya ya mbak, mutasi emang bikin deg-deg an. Untung aja bukan eliminasi ya :D kayak ajang pencarian bakat, saat dukungannya sedikit, ia akan tereliminasi tanpa ampun. Hehehe
ReplyDeleteiya, mbak. kalau eliminasi di perusahaan pastinya bukan hal yang menyenangkan ya
DeleteJadi ingat event bareng Alvin Adam yang begitu membekas
ReplyDeletePeserta diajak berpegangan tangan dan bersyukur
Bersyukur karena mempunyai pekerjaan /karir, walau di bidang yang tak disukai, penghasilan Ga memadai dll
Saya udah 5 tahunan duduk dan ngerjain hal yang sama :) pengennya dimutasi ke unit kerja lain hahahaha....Tapi ya sudahlah ya, mungkin belum rezekinya :D
ReplyDeleteKadang ketika dapat informasi akan ada mutasi biasanya langsung gaduh dan penasaran apakah dapat jatahnya atau tidak. Namaun, mutasi di pekerjaan bisa menjadi sarana untuk peningkatan kapasitas dan mengurangi kejenuhan.
ReplyDeleteSaking "ngeri'-nya denger kata MUTASI kayak semacam dengar MUTILASI :D
ReplyDeleteKarena emang, terkadang karyawan dan keluarga udah nyaman di satu zona kan
jadi agak was-was kalo kudu pindahan
Aku malah minta mutasi dan beruntung disetujui atasan. Jd punya pengalaman dan perjalanan seru nambah ilmu dan jejaring.
ReplyDeletedulu aku mutasi cuma ke cabang lain karena beberapa hal, tapi masih di posisi yang sama sih. Dulu sih asyik-asyik aja
ReplyDeleteaku belum pernah dimutasi mbak, jadi gak bisa jawab. kalo berhenti dan diberhentikan ada, hiks!
ReplyDeleteUntuk mutasi di bidang pekerjaan saya pernah ngalamin pindah kota karena harus ikut suami yang dimutasi ke luar jawa..dan buat saya pengalaman tersebut meninggalkan kenangan tersendiri yang tak terlupakan..relatif menyenangkan
ReplyDeletemutasi emang kadang bikin galau, tapi klo yg pgn punya pengalaman baru dan karir makin tokcer ya gpp mutasi
ReplyDeleteZaman kerja dulu, sempat mau di mutasi. Tapi memilih di tempat, hehehe..
ReplyDeleteAlhamdulillahnya, masih boleh memilih sama atasan. Tapi ya itu, konsekuensinya juga, ga naik pangkat dan gaji. Hiiks~
Keluar dari zona aman dan nyaman memang tidak menyenangkan. mutasi adalah salah satu cara mengaktualisasi diri. terima kasih artikelnya. jadi bisa berpandangan lebih jauh dan terbuka.
ReplyDeleteSaya sewaktu kerja pernah dimutasi sekaligus promosi. Meskipun perlu adaptasi dan itu nggak mudah, tapi ada rasa senang juga. Karena saya sudah bosan dengan job saya di tempat yang lama...he3..
ReplyDeleteDulu pas masih jadi anak kantoran, memang udah peraturannya maksimal satu pegawai 2 tahun di posisi yang sama. Setelahnya harus dipindahkan ke cabang lain atau dimutasi dikarenakan sebab-sebab tertentu kayak yang mbak Yana tulis. Sebagian sih karena promosi jabatan ya, jadi naik pangkatlah istilahnya :)
ReplyDeleteSebagai orang yang cukup "lasak", aku malah senang dengan mutasi. Belajar hal baru, ketemu orang baru, apalagi gaji baru (ya selama jumlahnya naik, sih). Hahaha
ReplyDeleteakhir 2016 saya menjalani mutasi 2x ke OPD yang bener-bener baru.. Sept 2016 dari OPD A ke B, baru mau adaptasi eh akhir 2016 itu ikut lagi pelantikan mutasi ke OPD C. Alamaaak.. Alhamdulillah banyak hal yg membantu beradaptasj, dan saat ini sudah masuk th ke-4 di OPD C. Jangan-jangan dipindah lagi..hehe..
ReplyDeleteKalau suamiku seumur-umur nggak pernah mutasi, ya karena pekerjaannya sebagai karyawan swasta yang kantornya cuma satu serta pekerjaannya itu spesifik jadi kalau mutasi ke bagian lain tentu saja pekerjaannya nggak maksimal. Paling sering sih resign lalu masuk ke perusahaan baru.
ReplyDeleteKalau mutasi karyawan ke luar kota, kira-kira dapat uang pindahan nggak ya dari perusahaan? Kan pindah rumah butuh biaya..
Aku seumur hidup belum pernah dimutasi sih. Malah jadi penasaran gimana deg-degannya di mutasi hehehehe. Soalnya selama ini aku malah mutasi diri sendiri, alias pindah kerjaan.
ReplyDeleteTapi mutasi itu sebenarnya bisa berkonotasi negatif dan positif ya. Soalnya seingatku, ada juga beberapa teman karyawanku dulu yang dimutasi gara-gara performa kerjanya payah.
Fajarwalker.com
kerjanya di instansi pemerintah ya mbak? saudara saya juga sering mutasi mbak katanya supaya ga tersandung kasus korupsi. Namun, di lain pihak buat saya yang beberapa kali kerja sama salah satu kementrian memang harus adaptasi lagi adaptasi lagi ketika bagian yang diajak kerja sama itu berubah lagi pemimpinnya. hehe
ReplyDeleteSaya kerja di perusahaan daerah, mbak. Heu
DeleteBaca ini jadi teringat masa2 kerja dulu waktu masih jadi ibu-ibu kantoran. Sehari2 ketemu karyawan yang mau dimutasi, kadang kena curhatan mereka juga. yaa, akhirnya cuma bisa bantu menguatkan mereka, suka atau tidak suka, ini adalah resiko & tanggung jawab pekerjaan
ReplyDeletekalau saya kena mutasi juga pasti ada rasa takut Mbak, walau saya masih tergolong extrovert sih tapi saya lebih malas lagi tuk mulai hal baru dan beradaptasi pada lingkungan baru, hiihihh.
ReplyDeletetapi mutasi memang penting juga sih agar bisa membuka wawasan dan kesempatan baru bagi karyawan untuk lebih menggali lagi skill yang dimilikinya :)
belum pernah kerja kantoran jadi gak pernah merasakan gimana rasanya mutasi juga.. tapi kalau di kontrak kerja udah disebutkan memang mau gamau kudu siap yaa mba. karena itu kan bagian yang udah disepakati bersama gitu..
ReplyDeleteKalau mutasi masih bagus lah ya Kak
ReplyDeleteDaripada dirumahkan apalagi di tengah pandemi
Soalnya banyak teman yang bersykur dimutasi tahun ini daripada dirumahkan
Meskipun memang ada saja suka dukanya
Kalau pengalaman rekan2 yang pernah mengalami mutasi, mostly reaksinya kurang begitu antusias. Dalam artian mereka menganggap mutasi sama halnya dengan didepak (atau bahasa lapangannya, dibuang).
ReplyDeletePadahal seperti mbak mention juga bahwa bisa jadi keputusan mutasi ini adalah pure kebutuhan bisnis.
Si A dinilai punya kompetensi yang sesuai ya dimutasilah doi di situ. Bukan masalah like/dislike atau kinerja melulu.
Betul syekali bisa menambah wawasan karyawan ya mbak Antung. Kalau semisal saya yang dimutasi, wahh pikir saya, asyikk nih bisa jelajah tempat baru hihihi. Dasar sayanya yang suka sesuatu yang baru mah ^^
ReplyDeleteBetul syekali bisa menambah wawasan karyawan ya mbak Antung. Kalau semisal saya yang dimutasi, wahh pikir saya, asyikk nih bisa jelajah tempat baru hihihi. Dasar sayanya yang suka sesuatu yang baru mah ^^
ReplyDeletejadi pengen cerita aku nggak tertarik daftar BUMN atau PNS yang jadi favoritnya anak hukum karena kata mutasi ini. Sebagai perempuan, berjarak dengan pasangan itu kayaknya sesuatu yg menakutkan (bayanganku dulu). Kata-kata bersedia ditempakan dimanapun seluruh Indonesia itu udah bikin keder kalau tes BUMN (padahal tes BUMN cuma sekali) tapi liat om dan tante yg kerja di BUMN dan sering mutasi kayaknya enak... soalnya setiap mutasi naik jabatan... hehehe
ReplyDeleteSaya besok mutasi dari cikarang ke mekarsari, galau tau ga, sy udh 4 taunan di ckr, dan taun2 terakhir sy lg syg2nya eh malah di mutasi dan di promosiin jg sih.
ReplyDeleteGalau bneran, gw lagi syg banget walau dia suka nyebelinnn
Ko ilang
ReplyDelete