Tahun 2020 sudah di ujung mata. Tentunya kita semua sepakat kalau tahun ini bukanlah tahun yang menyenangkan karena kehadiran virus Corona. Perubahan dalam tatanan kehidupan, banyaknya rencana yang harus ditunda hingga munculnya kebiasaan baru menjadi imbas dari pandemi yang sudah berlangsung sejak bulan Maret.
Di keluarga saya sendiri, tahun 2020 ini juga lumayan banyak cerita yang terjadi. Mulai dari rencana perjalanan yang harus ditunda, anggota keluarga yang sakit dan meninggal, dan berbagai kisah lainnya yang ingin saya rangkum agar menjadi pengingat di kemudian hari. Berikut sedikit rangkuman kehidupan saya selama tahun 2020:
Rencana perjalanan yang tertunda
Awal tahun 2020 ini, sebenarnya saya dan suami sudah berencana untuk liburan ke pulau Jawa setelah hampir 2 tahun tidak berlibur kemana-mana. Rencananya pada pertengahan April kami akan ke Kebumen, tempat asal mertua. Saya sudah membeli tiket pulang pergi untuk perjalanan tersebut. Rencananya kami akan ke Surabaya terlebih dahulu, lalu ke Yogya dan akhirnya ke Kebumen dan pulang kembali ke Banjarmasin lewat Yogyakarta.
Kenyataannya, di awal Maret, virus Corona masuk ke negara kita. Setelah melihat perkembangan kasus yang semakin hari semakin bertambah, mau tak mau saya pun membatalkan seluruh tiket perjalanan yang sudah dipesan. Syukur alhamdulillah saat saya melakukan proses pembatalan tiket ini, prosesnya terbilang cepat dan tidak ada kendala sehingga saya bisa mendapatkan uang secara utuh.
Selain rencana perjalanan saya yang tertunda, tahun 2020 ini, ibu saya juga harus membatalkan keinginannya untuk kembali menjejakkan kaki ke tanah suci. Rencananya ibu akan bertolak umrah pada akhir bulan Maret selama kurang lebih 2 minggu. Lagi-lagi karena Corona, rencana mengunjungi kota Mekkah harus dikubur dulu sampai waktu yang tidak ditentukan.
Musibah
Selain virus Corona yang melanda di seluruh dunia, di tahun 2020 ini keluarga besar saya bisa dibilang lumayan banyak terkena musibah. Dimulai dari ibu saya ibu saya yang harus masuk rumah sakit di hari Lebaran karena tidak bisa makan selama hampir 2 minggu. Setelah dilakukan tes laboratorium, ternyata ibu saya mengalami sakit hipertiroid, sebuah kondisi di mana kadar hormon tiroid dalam tubuh ibu saya terlalu tinggi sehingga berpengaruh pada metabolisme tubuhnya.
Awalnya ibu dirawat di Rumah Sakit Swasta dekat kantor tempat saya bekerja dan pulang setelah 3 hari dirawat. Namun setelah dirawat di rumah selama beberapa hari kami putuskan kembali membawa ibu ke Rumah Sakit swasta lain karena kondisi ibu yang terlihat semakin memburuk. Di Rumah Sakit ini ibu saya dirawat selama kurang lebih 10 hari hingga akhirnya diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan.
Selang beberapa bulan setelah sembuh dari sakit hipertiroidnya, lagi-lagi ibu saya harus masuk Rumah Sakit. Kali ini ibu masuk Rumah Sakit karena mengalami kecelakaan kecil saat akan berobat jalan di terkait penyakit hipertiroid beliau. Saat itu, sebuah motor menyerempet motor yang dikendarai adik saya.
Meski hanya terserempet, nyatanya kecelakaan kecil ini membuat kaki kanan ibu saya patah. Ibu saya
menolak untuk dioperasi dan akhirnya kami membawanya ke tukang urut yang
biasa menangani patah tulang. Oleh tukang urut, kaki ibu saya dioles minyak dan ditangkir. Dengan usianya yang sudah 50 tahun, pastinya perlu waktu cukup lama bagi ibu saya untuk bisa berjalan dengan normal kembali.
Tak hanya ibu saya yang sakit, di tahun 2020 ini keluarga besar kami juga kehilangan anggota keluarganya. Pertama adalah kakak laki-laki ibu saya yang biasa kami panggil "Julak". Beliau meninggal setelah dirawat kurang lebih 2 bulan di Rumah Sakit karena komplikasi gagal ginjal. Tak lama setelah Julak meninggal, suami dari kakak perempuan ibu saya juga menyusul berpulang ke Rahmatullah karena sakit.
Finansial
Pandemi Corona yang melanda negara kita membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya, termasuk suami saya. Hanya saja, jika orang lain kehilangan pekerjaan karena PHK, maka suami saya memutuskan keluar dari pekerjaanya dan memilih untuk berwirausaha.
Sebagai istri, jujur saya merasa keputusannya ini bukanlah hal yang bijak. Sempat saya merasa ngeri membayangkan harus mengatur kembali keuangan keluarga dengan pendapatan yang berkurang sementara jumlah tagihan tak berkurang. Namun pada akhirnya saya berusaha mendukung keputusan suami dan berdoa agar usahanya lancar. Setidaknya saya masih memiliki pekerjaan tetap yang bisa menutupi kebutuhan keluarga.
Bicara soal finansial, pada bulan Februari 2020 saya sempat mengikuti Kelas Pasar Modal yang diadakan oleh Bursa Efek Indonesia. Dalam acara yang diikuti oleh 25 orang ini, saya mendapat pengetahuan baru seputar investasi saham dan bagaimana cara memulainya. Untuk praktiknya sendiri, setelah mengikuti kelas tersebut saya mengusahakan untuk membeli minimal 1 lot saham setiap bulannya sesuai dengan budget yang saya miliki.
2 Comments
2020 memang luar biasa, tahun yang mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada satu hal saja, dan kita bisa belajar banyak dengan hal baru dan membuka wawasan, masyallah
ReplyDeleteKak Apri, selamat datang di dunia BTS 🙈 Jungkook dan Tae Hyung juga kesukaanku lho 🤭. Selamat ber-fangirling-ria hahahaha.
ReplyDeleteDrama It's Okay to Not Be Okay bagussss. Nggak heran kalau drama ini bisa hits. Kalau drama Start-up, aku belum nonton tapi udah kena spoiler sana-sini 😂 mungkin aku akan coba nonton pelan-pelan di tahun ini hahaha.
80 blogpost dan 14 buku sungguh hebat 😍. Bacaan Kak Apri lebih banyak fiksi atau non-fiksi?
Kak Apri, selamat tahun baru, ya 🥳