Sebagai seorang blogger, ada satu hal yang cukup mengusik saya selama beberapa bulan terakhir. Sebuah pertanyaan tentang kapan saya akan menulis sesuai suasana hati saya lagi? Tulisan yang tak perlu embel-embel menginformasi (iklan) yang murni curhatan atau pemikiran seperti yang saya lakukan awal ngeblog bertahun lalu.
Tak hanya perihal curhat di blog, saya juga kadang mempertanyakan keseriusan saya untuk bisa memiliki sebuah buku sendiri. Dulunya saya menargetkan untuk bisa menulis sebuah novel. Sayangnya draft dari novel tersebut terbengkalai dan saya sudah semakin lupa caranya menulis fiksi. Heu. Saya pun mulai berpindah haluan. Sebuah ide untuk menulis sebuah buku tentang suka duka ibu bekerja hadir di kepala saya. Kebetulan saat itu ada tawaran dari penerbit untuk buku parenting dan yang berminat hanya perlu mengirimkan outline tulisan. Sayangnya outline yang saya kirim tidak disetujui dan rencana menulis buku sendiri pun masih dalam bayangan.
Bicara soal menerbitkan buku, sebenarnya ada banyak cara bagi seorang penulis agar karyanya dibukukan. Bagi para penulis fiksi bisa mempublikasikan tulisannya lewat wattpad yang belakangan memang melahirkan banyak penulis baru. Pilihan lain agar tulisan kita bisa dibukukan adalah menerbitkan buku lewat penerbit indie. Saat ini, menerbitkan buku lewat penerbit indie atau self publishing sudah semakin banyak dilakukan para penulis, termasuk blogger. Ada cukup banyak blogger yang sekarang menerbitkan bukunya lewat jalur indie ini, entah itu dalam bentuk antologi atau buku solo.
Baca juga : [Review Novel] Cinta Segala Musim
Nah, bicara soal buku self publisher, kali ini saya ingin bereview sebuah buku dari Rafif Amir, seorang penulis yang juga mengelola blog miliknya di www.rafifamir.net. Dalam dunia kepenulisan, Rafif Amir sudah menghasilkan berbagai karya berupa cerpen, puisi, esai dan artikel yang tersebar di berbagai media lokal maupun nasional. Penulis juga merupakan Ketua Divisi Bisnis BPP Forum Lingkar Pena. Berikut adalah review saya untuk buku Risalah Pesona karya Rafif Amir.
Judul buku : Risalah Pesona
Penulis : Rafif Amir
Penerbit : Penerbit Satoe
Editor : Tim Satoe
Layout dan cover : Tim Satoe
ISBN : 978-623-93404-2-1
Tahun terbit : 2020
Jumlah halaman : 107 halaman
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari Rafif Amir tentang berbagai episode kehidupannya yang terangkum dalam 107 halaman.Bagian cover buku ini berupa gambar animasi rumah dan pepohonan dengan latar biru langit. Tak hanya pada cover, pada tiap halaman buku juga dihiasi ilustrasi yang sama dengan covernya, yang untungnya tidak mengganggu mata saat proses membaca.
Dalam kata pengantar yang dibuatnya, Rafif menyebutkan kalau kehadiran
buku Risalah Pesona ini menjadi semacam dokumen, semacam album yang
memuat potret perjalanan. Ada 21 kisah yang ditawarkan Rafif Amir dalam bukunya ini. Dibuka dengan kisah tentang kehamilan sang istri yang sudah memasuki bulan ke tujuh dan dilanjutkan dengan kisah-kisah lainnya. Kisah-kisah yang ada di buku ini ditulis tak terlalu panjang dan disusun secara acak tahunnya. Tentunya penulis memiliki alasan tersendiri dalam penempatan urutan cerita ini.
Untuk ada beberapa tulisan yang cukup menarik perhatian saya pada buku Risalah Pesona ini. Seperti pada cerita Seputih Namanya, di mana penulis menceritakan proses kelahiran putrinya. Membaca cerita ini membuat saya teringat pada proses saya melahirkan kedua anak saya beberapa tahun lalu. Cerita berjudul Luki dan Nini juga cukup menarik untuk dibaca. Dalam tulisan ini penulis menceritakan bagaimana ia dan istri berusaha menghilangkan jentik nyamuk di kamar mandi dengan cara memelihara ikan.
Selain tentang pernikahan, tulisan tentang pekerjaan juga turut mewarnai buku ini. Sebagai seorang sarjana teknik, Rafif Amir ternyata tidak mencari nafkah sesuai dengan latar belakang pendidikannya ini. Di tulisan Salah Kamar, Rafif memaparkan alasan mengapa pada akhirnya ia memilih menjadi penulis dan pengusaha alih-alih menjadi bekerja di dunia teknik. Ada juga tulisan berjudul Memburu Omset yang berisi kisah bagaimana penulis memulai usahanya sendiri setelah pensiun jadi karyawan di sebuah perusahaan.
Topik tentang orang tua juga menjadi salah satu bagian dari buku Risalah Pesona. Dalam sebuah tulisan berjudul Laki-laki Paling Dirindu, penulis menuliskan kerinduan ya kepada sosok ayah yang semakin terasa jauh setelah berpisah dari ibunya. Dan yang cukup membuat hati gerimis adalah tulisan tentang sosok nenek yang bersedih saat mengenang anak menantunya yang tak lagi bersama dalam tulisan Perempuan 90 Tahun.
Sebagai sebuah memoar, fragmen-fragmen kehidupan dalam buku Risalah Pesona ini cukup menarik untuk dinikmati. Di beberapa tulisan kita akan diajak merenung tentang hikmah dari sebuah kejadian. Gaya tulisan penulis juga termasuk konsisten di setiap cerita meski ada beberapa tulisan yang menggunakan sebutan berbeda untuk kata ganti orang pertama.
Demikian review saya untuk buku Risalah Pesona kaya Rafif Amir. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua.
9 Comments
Menerbitkan buku saat ini memang sangat mudah y Mbak dibandingkan duluuu, at least kita bisa menerbitkannya sendiri :D
ReplyDeleteIde bukunya Mas Rafif bagus tuh tentang dokumentasi perjalanan kehidupan sendiri. Selain untuk pembaca, bisa juga untuk anak-anaknya kelak. Enggak usah repot-repot cerita, suruh aja baca buku bapaknya, xixixi.
Yang bab salah kamar ini jadi teringat diri sendiri :)
jadi pengin nulis buku lagi. apalagi waktunya sekarang jadi lebih banyak karena pandemi.
ReplyDeletebuku aku belum maju2 bahkan hampir menyerah, tapi baca resensi dan ulasan kawan tentang buku termasuk buku ini, bikin aku semangat lagi
ReplyDeletePak Rafif itu menginspirasi banget. Hal kecil yg sepele bisa menjadi sebuah tulisan yang menarik.
ReplyDeletePerlu belajar lagi ini.....
Tidak banyak penulis yang mau menuliskan pengalaman hidupnya dalam buku nonfksi. Buku ini recomended. Saya juga sudah kelar bacanya
ReplyDeleteKangen baca buku memoar seperti ini, keren deh penulisnya..oh iya selain indie dan mayor, kita bisa terbitkan buku platform digital dan aplikasi ya..
ReplyDeleteSudah lama tidak menuangkan fikiran dalam bentuk puisi. Dulu saya sangat suka puisi. Tapi karena jarang baca puisi lagi jadi otak tumpul. Biasanya kalau buat puisi suasana hati harus mendukung.
ReplyDeleteSaya salut dengan penulis yang bisa menuliskan dan membukukan fragmen-fragmen kehidupannya. Dan Mas Rafif Amir adalah orang yang sangat berkompeten untuk itu. Jadi pengen baca buku Risalah Pesona juga
ReplyDeleteBeberapa orang memang bisa menuliskan kisah perjalanan hidupnya, dan beberapa lagi belum berani menuliskannya. Karena merasa bahwa *aku bukan siapa-siapa. Salah satunya aku sendiri. Belum baca buku yg ini 😂
ReplyDelete