"Yumna hari ini nggak usah pakai popok, ya. Pakai celana dalam aja," kata saya pada Yumna saat usianya menginjak 2,5 tahun.
"Nanti kalau mau pipis langsung bilang ke Mama. Biar kita pipis ke WC," kata saya lagi.
Gadis kecil saya mengangguk tanda mengerti. Beberapa jam kemudian, Yumna mendatangi saya yang sedang menggendong Yafiq yang masih berusia 1 bulan.
"Ma, pipis," kata Yumna. Tangannya tampak memegang bagian depan celananya. Segera saya turunkan Yafiq dan cek pakaian yang dikenakan Yumna. Eh ternyata celananya sudah basah. Saya akhirnya mengecek ke dapur tempat Yumna sebelumnya berada. Benar saja. Di salah satu bagian lantai terdapat genangan air bekas pipisnya Yumna. Langsung saya ambil kain pel untuk membersihkan genangan tersebut.
"Well, mari kita lihat sampai kapan toilet training ini akan bertahan", kata saya dalam hati.
***
Bicara soal toilet training, sebenarnya sejak usianya menginjak 2 tahun saya sudah berniat untuk memulai proyek toilet untuk Yumna. Berdasarkan beberapa teori yang saya baca, di usia ini anak-anak sudah mulai mengerti dengan konsep buang air di toilet. Mereka juga umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training seperti tak nyaman lagi menggunakan popok dan beberapa tanda lainnya. Selain itu saya juga kala itu sebentar lagi akan memiliki anak kedua. Lumayan banget kan uang popoknya kalau Yumna bisa lepas popok saat adiknya lahir.
Baca juga : 4 Tanda Si Kecil Siap Toilet Training
Sayangnya layaknya ibu-ibu yang lain niatan saya itu tak kunjung terealisasi. Kondisi saya sebagai ibu bekerja membuat saya merasa tak siap dan takut tidak bisa konsisten dalam menjalankan toilet training Yumna. Dalam pikiran saya, rasanya tak mungkin jika toilet training ini dijalankan hanya setengah-setengah alias bolong-bolong harinya. Tak hanya itu, saya juga belum siap jika harus berhadapan dengan pipis yang berceceran dan pastinya tumpukan cucian selama masa toilet training ini.
Meski belum siap secara praktik, saya tetap melakukan beberapa persiapan terkait rencana toilet training ini, antara lain:
- Membeli beberapa peralatan toilet training seperti dudukan closet anak dan beberapa toilet training pants untuk Yumna. Toilet training pants ini sendiri bentuknya seperti clodi namun tidak memiliki inner.
- Mulai sering mengajak Yumna untuk pipis bersama. Jadi jika saya ingin buang air kecil atau akan memandikan Yumna, maka saya akan memberi contoh cara buang air kecil pada Yumna. Biasanya saat melihat saya berjongkok untuk BAK ini, Yumna akan bertanya apa yang sedang saya lakukan. Nah, kalau sudah begini saya akan memberikan penjelasan dan mengingatkan Yumna agar nanti kalau pipis langsung ke kamar mandi.
Sayangnya baik toilet duduk mini maupun toilet training pants tak cukup efektif dalam upaya saya memperkenalkan toilet training pada Yumna. Pertama karena yang saya beli adalah untuk dudukan untuk kloset duduk sementara di rumah kami menggunakan kloset jongkok yang akhirnya membuat dudukan toilet mini ini jadi tak terpakai. Sedangkan untuk toilet training pants, ternyata Yumna tak menyukainya. Mungkin karena ukurannya yang besar dan tebal membuatnya merasa tak nyaman. Akhirnya saya pun menunda proses toilet training ini sampai waktu yang tidak ditentukan.
Satu bulan setelah melahirkan Yafiq, akhirnya wacana toilet training Yumna terealisasi. Sebenarnya hal ini bukan disengaja juga. Kala itu entah kenapa Yumna sudah tak mau lagi diantar ke daycare tempat dia biasa dititipkan selama saya bekerja. Mungkin karena dia tahu ibunya ada di rumah, jadi buat apa harus diantar ke penitipan? Karena Yumna ngotot tinggal di rumah, mau tak mau akhirnya saya mengurus kedua anak di rumah selama masa cuti melahirkan yang tersisa. Saat itulah sebuah ide terlintas di benak saya. "Hmm, kenapa tidak sekalian aja toilet training? Toh cutinya masih lama," pikir saya.
Baca juga : 5 Cara Cerdas Mengolah Diaper
Seperti yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya, di masa awal-awal toilet training saya harus berurusan dengan pipis yang berceceran. Kadang di dapur, di ruang keluarga bahkan pernah Yumna pulang dari main di halaman rumah dengan kondisi celana sudah basah. Entah di mana dia pipisnya. Hihi.
Untungnya Yumna termasuk cepat beradaptasi. Hanya sekitar 2 minggu dia sering bocor pipis. Selanjutnya, Yumna sudah cukup pintar untuk memberitahu saya kalau dia ingin buang air kecil. Mungkin Lalu bagaimana dengan BAB? Alhamdulillah untuk urusan BAB juga tidak terlalu sulit karena pastinya tanda-tanda BAB lebih mudah dikenali ketimbang BAK. Jadi seiring dengan sudah bisanya Yumna bilang sendiri kalau ingin pipis, dia juga bisa bilang kalau ingin BAB.
Pastinya saya senang sekali dong karena ternyata proses toilet training Yumna tidak selama yang saya pikirkan. Meski begitu selama 6 bulan saya hanya berani lepas popok di siang hari. Untuk malam hari saya masih memakaikan popok untuk Yumna karena tidak ingin pipisnya kemana-mana sementara saya tidak menggunakan sprei anti bocor yang kerap digunakan saat anak-anak toilet training. Pernah saya lupa memakaikan popoknya, eh paginya kasur sudah basah kena pipis Yumna yang bocor.
Seiring dengan bertambahnya usianya, saya lihat Yumna mulai semakin jarang pipis di malam hari. Bahkan selama beberapa hari berturut-turut saya cek popok yang dipakainya tidak basah sama sekali. Setelah yakin benar Yumna tidak lagi pipis di malam hari, akhirnya setelah usianya 3 tahun 2 bulan saya mencoba untuk tidak memakaikan popok lagi di malam hari untuk Yumna. Benar saja, Yumna sudah tidak pipis di celana lagi malam hari. Horee!! Akhirnya Yumna lulus toilet training di usia 3 tahun.
Demikian sedikit kisah saya tentang proses toilet training Yumna. Semoga bermanfaat.
Demikian sedikit kisah saya tentang proses toilet training Yumna. Semoga bermanfaat.
24 Comments
Alhamdulillah ka lah lulus sudah toilet training gasan Yumna. Kemanakan Ulun belum lulus nih :-)
ReplyDeleteIya alhamdulillah, yan. Tiap anak beda-beda pang proses toilet training ni
Deletekeren ulasannya kak, mengajari anak untuk tidak ngompol di malam hari
ReplyDeletewww.rajaunik.co.id
Program nya bagus banget, anak sudah mulai diajarkan hal baik sejak dini
ReplyDeleteBeneran penting banget pendidikan di usia dini, dimulai dari hal kecil dulu
ReplyDeleteKeren, usia dini sudah mulai dapat didikan yang baik
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mba udah berhasil toilet trainingnya. Harus sabar kalao anak lg toilet training, karena gak suka sekali dia kali menjalaninya smpai si anak bisa.
ReplyDeleteKlo sudah terbiasa ke toilet sendiri, waktunya bikin adik baru wkwk
ReplyDeleteWaduhhhh waduh :D
DeleteJadi inget waktu anakku toilet training dulu mba, ngepel 5 kali sehari ada 😂 tapi memang bener ya mba, semua akan segera berlalu, dan sabar adalah koentji,hihi. Makasih sharingnya mbaa :) Sehat selalu yaa Yumna :)
ReplyDeleteAnak saya 2,5 tahun juga belum disiplin toilet trainingnya, (1) karena saya kerja fulltime sehingga bisanya mempraktekkan cuma malam dan hari libur, (2) yang mengasuh di rumah memilih mengenakan diapers ke anak. Yaaa.. kudu sabar deh saya.. :)
ReplyDeleteWah, Adek Yumna hebat udah lulus toilet training. Saya juga lagi persiapan toilet training untuk anak kedua nih, Mbak. Kalau dulu kakaknya lancar cuman sehari dia pipis nggak bilang, setelah itu aman hehehe...
ReplyDeleteSering kali aku liat anak-anak masih belia BAK disembarang tempat seperti misalnya didepan rumah, mungkin itu dikarenakan tidak dibiasakan orang tua untuk ke toilet saat BAK.
ReplyDeleteMengajarkan anak sedari dini suatu hal yang positif agar saat berada diluar rumah ia tau kalau BA itu tidak bisa disembarang tempat karena ada tempat khusus seperti toilet umum
Wah, dua tiga pulau terlampaui nih. Cuti ngurus babyborn sekalian toilet training. Cakep. Pengalaman menyenangkan nih.
ReplyDeleteHmm iya trainingnya bisa dengan dilakukan dudukan anak biar bisa beradaptasi ya anaknya dan gak kaget
ReplyDeleteTernyata prosesnya memang cukup memakan waktu ya Mbak. Pas banget ini si kecil lagi mau toilet training. Udah 27 bulan. Semoga bisa lancar aamiin
ReplyDeleteSaya juga khawatir belum siap Mbak, hahhah, tapi untung ada nenek yang "maksa" untuk segera memulai toilet training untuk anak saya, hihihi.
ReplyDeleteMama ku seorang guru PAUD. sering cerita gimana ada beberapa anak yg belum diajarkan toilet training hingga umur 4 tahun. Akhirnya guru2 kadang PAUD kewalahan.
ReplyDeleteManfaatnya selain anak jadi mandiri, tapi tentunya juga memangkas anggaran bulanan bunda ya kak.
Thanks for sharing kak
Toilet training ini perjuangan banget ya Allah, sungguh melatih kesabaran dan ketabahan aku hahaha Kenzo baru lulus toilet training umur 3,5 tahun mbak :(
ReplyDeletePerjuangan banget ya, kak...
ReplyDeleteCapek dan lelah pasti...tapi in syaa Allaah menjadi sarana komunikasi dan pembelajaran yang baik untuk Yumna dan Bundanya.
Alhamdulillah salut dan bangga sama Bunda dan Yumna...semoga toilet training Yafiq nanti lancar juga yaa
ReplyDeleteAlhamdulillah bunda, anak saya umur 20 bulan baru diajari 5 hari rutin disiplin ketoilet kalau bab sama bak (kecuali ngoompol tidur), sekarang dia mala ga mau pipis dicelana bunda
ReplyDeleteWahh emang kok ya, toilet training ini kadang penuh drama, tapi klo da berhasil, bahagianya pake bgt
ReplyDeleteTT ini salah satu ujian ke-mama-an. Luar biasa ya Mba. Huaaaaaaa. Teorinya apa prakteknya gimana. Tapi kalau udah berhasil ya Alloh, terharu, senang luar biasa. Yang pernah kubaca TT ini ternyata sudah bisa diajarkan sejak anak 2 pekan. Jadi, TT ga ada hubungannya dengan celana TT dan printilannya, tapi proses mengajari anak bagaimana mengontrol otot kandung kemihnya. Mengajarinya gimana? dengan pembiasaan. Di buku Bu Ani Cs Mba itu, hehe. Terus habis baca itu langsung kegampar donk, secara aku berleha-leha sampai anak umur 3.5 tahun baru belajar TT
ReplyDelete