Beberapa tahun lalu, saya menonton sebuah film lawas berjudul Kramer VS Kramer. Film ini bercerita tentang sebuah pernikahan yang harus berakhir karena salah satu pihak merasa sudah tidak bahagia lagi dengan prenikahannya. Dibintangi oleh Dustin Hoffman dan Meryl Streep, film ini berhasil memenangkan penghargaan 5 Academy Award untuk kategori film terbaik, aktor terbaik, aktris pendukung wanita terbaik .
Di awal Kramer vs Kramer, diperlihatkan bagaimana Ted Kramer yang yang kelimpungan karena mendadak sang istri Joana meninggalkan rumah dan membuatnya harus mengurus putra semata wayang mereka. Alasan Joana pergi sendiri mungkin tak masuk akal. Dia merasa kehilangan jati dirinya setelah menikah dan ingin mengejar mimpinya. Karena itulah dia pergi meninggalkan suami dan anaknya. Setelah sekian bulan pergi, Joana kembali untuk mengajukan perceraian dan menuntut hak asuh anak mereka. Di akhir cerita, pasangan ini memang akhirnya bercerai dan hak asuh anak jatuh pada sang ibu. Namun karena menyerahkan kembali putranya pada suaminya.
Saat menonton film Kramer VS Kramer, saya masih berstatus lajang. Pandangan saya tentang pernikahan kala itu masih lurus dan beranggapan kalau pernikahan itu indah. Nah, setelah menikah dan merasakan sendiri lika-likunya, saya akhirnya cukup bisa mengerti bagaimana perasaan Joana sebagai seorang istri. "Aku setuju denganmu Joana, menikah ternyata bisa membuat wanita kehilangan jati dirinya," dukung saya pada Joana.
Baca juga : [Review Film] Parasite, Ketamakan yang Berakhir Tragedi
Baca juga : [Review Film] Parasite, Ketamakan yang Berakhir Tragedi
Sekian tahun berlalu, saya kembali menonton sebuah film Hollywood yang bercerita tentang proses perceraian, yakni MArriage Story. Diproduksi oleh Netflix, film Marriage Story yang dibintangi Scarlet Johansson dan Adam Driver mau tak mau mengingatkan saya kembali akan memori Kramer vs Kramer. Bagaimana jalan cerita film Marriage Story ini? Yuk baca ulasan selanjutnya.
Sinopsis Marriage Story
Setelah 10 tahun menikah, Charlie dan Nicole memutuskan untuk bercerai. Mulanya keduanya berniat mengakhiri pernikahan dengan damai. Namun ketika Nicole pindah ke Los Angeles, semuanya berubah. Ia menemui seorang pengacara untuk mengurus perceraian sekaligus hak asuh putra semata wayang mereka. Charlie yang sibuk dengan pementasan teaternya tak menyangka dengan langkah istrinya ini. Mau tak mau ia pun harus mencari pengacara di Los Angeles untuk melawan Nicole dan bolak balik LA-New York dalam rangka menyelesaikan perceraian ini.
Alasan dari perceraian Charlie dan Nicole sendiri adalah karena Nicole merasa Charlie terlalu mendominasi dalam pernikahan mereka. Nicole merasa tersisihkan dan tak pernah didengar keinginannya selama mereka menikah. Ia ingin tinggal di LA dekat dengan keluarganya namun Charlie selalu menolak. Ini diperparah dengan kenyataan kalau Nicole juga mengetahui kalau Charlie sempat tidur dengan salah satu anggota teater mereka. Memang sih alasannya karena Nicole sudah tak lagi melayani Charlie namun bagi Nicole selingkuh tetaplah selingkuh. Pada akhirnya Nicole pun menyerah dalam mempertahankan pernikahannya dan memutuskan mengejar mimpinya yang sempat terkubur setelah menikah dengan Charlie.
Proses perceraiannya sendiri ternyata berjalan cukup rumit. Karena mereka menikah di Los Angeles maka perceraian juga dilakukan di Los Angeles dan Charlie harus bolak-balik LA-NY untuk mengurus perceraiannya ini. Tak hanya itu, ia juga harus menyewa sebuah flat di Los Angeles untuk meyakinkan juri bahwa dia ayah yang baik. Tak hanya uang, proses perceraian ini juga menguras emosi keduanya. Ada sebuah yang scene yang menggambarkan bagaimana pada akhirnya pasangan yang dulunya saling mencintai ini saling menyumpahi satu sama lain. Asli saya jadi ikutan terluka melihat adegan ini. Lalu bagaimana akhirnya hubungan pasangan ini? Siapakah yang berhasil mendapatkan hak asuh anak mereka?
Pesan moral dari Marriage Story
Menonton film Marriage Story ini pastinya memberikan saya banyak pemahaman baru tentang bagaimana proses perceraian bisa begitu rumit dan pastinya juga tentang pernikahan itu sendiri. Scarlett Johansson dan Adam Driver bermain dengan sangat baik dalam film ini. Terkhusus Johansson, saya bisa merasakan bagaimana dia menjadi depresi dalam menjalani pernikahannya dengan Charlie. Asli keren banget aktingnya.
Lalu bagaimana dengan pesan moral yang bisa diambil dari film Marriage Story ini? Berikut beberapa yang bisa saya tuliskan:
Dalam pernikahan, penting bagi suami untuk mendengarkan keinginan istri
Sebagai suami, Charlie digambarkan sebagai seorang yang rapi, teliti, teratur dan kompetitif. Berbanding terbalik dengan Nicole yang kurang rapi dan serampangan. Mungkin karena karakternya ini membuat Charlie lebih mendominasi dalam pernikahan mereka. Sebagai suami memang sudah wajar jika menjadi pemimpin dalam pernikahan. Namun tentunya istri juga memiliki hak untuk didengar dan dipertimbangkan pendapatnya. Dengan begitu istri merasa lebih dihargai dan dilibatkan dalam pernikahan.Penting bagi istri untuk mendapat pengakuan atas ide yang diberikannya
Selama menikah dengan Charlie, Nicole kerap memberikan beberapa ide untuk teater Charlie dan ide tersebut sukses dieksekusi. Sayangnya jarang sekali Charlie menyebut nama istrinya itu dalam kesuksesannya. Ini membuat Nicole merasa Charlie tidak mengakui keterlibatannya dalam kesuksesan diri sang suami. Tak hanya ide, pengakuan juga sebaiknya diberikan pada hal-hal kecil yang dilakukan istri. Entah itu masakan ya yang enak atau hal lain yang pantas didapatkan istri.
Istri diberi kesempatan mengembangkan dirinya
Sebelum menikah dengan Charlie, Nicole adalah seorang aktris tv. Setelah menikah ia mengikuti Charlie ke New York dan menjadi salah satu aktris teater Charlie. Nicole memiliki bakat akting yang bagus dan ingin mengembangkan ya di Los Angeles. Sayangnya karena Charlie menolak terus-menerus keinginannya tinggal di LA maka kesempatan menjadi aktor TV terlewatkan begitu saja.
Secara pribadi sebenarnya saya agak dilematis dengan poin yang satu ini. Sebagai sutradara teater wajar kalau Charlie ingin tinggal di New York karena pusat teater Amerika Serikat ada di New York sementara Los Angeles adalah pusat film dan jarak 2 kota ini jauh. Tapi intinya Nicole ingin diberi kesempatan mengembangkan dirinya dan pastinya begitu juga yang diinginkan para istri yang lain.
Sebelum menikah dan punya anak para istri merupakan individu dengan bakat dan prestasi mereka masing-masing. Akan sangat sulit bagi para istri jika setelah menikah tiba-tiba harus mengubah ritme kehidupan mereka misal menjadi ibu rumah tangga tanpa ada kesempatan mengembangkan diri atau mencoba hal baru.
Saat bercerai, pasangan akan mengungkapkan hal terburuk dari pasangannya
Saat menikah, kita biasanya akan menutupi aib dari pasangan masing-masing. Namun saat bercerai (apalagi jika cerainya tidak baik-baik) kita mungkin akan mengungkapkan hal-hal buruk yang dimiliki mantan pasangan, bahkan mungkin hal yang kita sendiri tidak ingin mendengarnya. Ngeri juga ya. Dalam kasus Charlie dan Nicole sendiri momen ini terjadi saat keduanya harus saling berhadapan di depan juri sidang perceraian mereka dan memuncak saat keduanya sedang berusaha berdiskusi terkait proses perceraian mereka. Ah, ironis sekali rasanya melihat orang yang dulunya kita cintai kemudian mengeluarkan segala kebenciannya pada kita, bukan?
Perceraian terjadi karena salah satu pihak tidak bahagia
Pesan moral terakhir yang bisa saya ambil dari film adalah sebuah perceraian bisa terjadi karena salah satu pihak tidak merasa bahagia dengan pernikahannya. Entah ketidakbahagiaan itu terjadi sejak awal pernikahan atau seiring dengan perjalanan pernikahan itu sendiri. Untuk mengatasi ketidakbahagiaan ini mungkin diperlukan introspeksi diri dan keterbukaan dari masing-masing pasangan kali ya agar perasaan tidak nyaman selama pernikahan bisa diatasi.Demikian sedikit celoteh saya setelah menonton Marriage Story. Semoga bermanfaat buat semua.
9 Comments
Film ini pun yang bikin aku kaya naek jet coaster naik turun dan menukik tajam terutama saat mereka lagi merasa kaya berada di titik terbawah kehidupan mereka. Ekspresinya itu loh dalem banget
ReplyDeleteAku belum pernah menonton kedua film tersebut tapi setuju sekali bahwa dalam pernikahan, apresiasi kepada pasangan layak diberikan meskipun sekedar memuji masakan sang istri. Kalau tidak bisa memuji, setidaknya jangan mencela karena itu sangat menyakiti.
ReplyDeleteSeorang istri yang kemudian ikhlas menjadi IRT pun harus diberikan kesempatan mengembangkan diri, setidaknya menjalani hobinya ya, misalnya menulis, merajut, fotografi, atau yang lainnya. Diberikan lah waktu khusus sebagai bentuk dukungan. Syukur-syukur kalau dukungannya dalam bentuk permodalan juga ya, hahaha ...
Belum ada kesempatan nonton film ini, tapi dari banyak review tentang film ini intinya satu kan mbak? Betapa pentingnya komunikasi 2 arah dalam pernikahan. Jangan sampai terpendam dan akhirnya berujung ke perceraian huhu :(
ReplyDeleteSepertinya aku perlu nontom kedua film di atas mba.
ReplyDeleteSeringnya dapat curhatan dari temen yg udah nikah bikin aku sendiri belajar : bagaimana menciptakan rasa nyaman untuk pasangan. Dan bener bgt ketika bercerai pasti saling mengungkap kesalahan pasangan.
Jadi pernikahan itu beneran bukan akhir tp babak baru dalam hidup ya mba?
udah lama nggak nonton film yang serius dengan serius hehehe.
ReplyDeleteSeruuu sepertinya filmnya. Tapi kalau bw anak2 gak cocok hahaha. Jdnya balik ke film yg bisa ditonton semua.
ReplyDeleteBtw setuju bgt, pernikahan pd dasarnya hrs membahagiakan semua pihak hehe. Dan sebisa mungkin berperan di jalurnya masing2. Semoga kita dijauhkan dari hal2 buruk
Asyik nih filmnya. Sangat coock dicocok sama yg sdh married. Pasti gerasa relate dengan permasalahan2 yg ada di dalam film tsb.
ReplyDeleteBagus dong review-nya mba karena g semua itu indah seperti yg dilihat saja berbeda ketika dijalani
ReplyDeleteBanyak yang suka sama ini tp katanya akan lebih masuk kalo sudah berumah-tangga jadi aku memutuskan untuk tidak menontonnya.
ReplyDelete