Kalau saya sih jujur dari anak pertama sampai anak kedua menggunakan diaper untuk menggantikan popok kain anak. Di awal lahiran sempat sih saya menggunakan popok kain. Namun hal tersebut hanya bertahan sebulan karena saya tak cukup telaten untuk mencucinya. Apalagi anak kedua yang setiap kali setelah minum ASI langsung BAB. Beuh nggak kehitung deh berapa hari sekali ganti popok kain. Akhirnya karena tak mampu lagi meng-handle cucian akibat BAB anak, saya pun membeli diaper untuk menampung BAK dan BAB anak-anak.
Diaper sendiri merupakan alat berupa popok sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses. Popok modern pertama diproduksi oleh perusahaan P&G dengan produk Pampers-nya. Di Indonesia sendiri, merk Pampers masuk sekitar tahun 80-an. Di tahun 90-an produk Pampers mulai dikenal luas hingga akhirnya kebanyakan orang menyebut diaper dengan sebutan pampers.
Bicara soal sampah, semua pasti setuju ya kalau diaper ini termasuk penyumbang sampah rumah tangga yang cukup besar. Apalagi bagi mereka yang anaknya full diaper sehari semalam kayak saya, pasti segunung deh kayaknya sampah diaper yang dihasilkan. Belum lagi kadang baunya cukup menganggu. Jujur nih kalau melihat tumpukan sampah diaper ini membuat saya sedikit bersalah. Heu.
Menurut data Bank Dunia tahun 2017, diaper merupakan salah satu penyumbang sampah terbanyak kedua di laut yakni 21 %. Sampahnya sendiri ternyata juga memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai yakni 200-250 tahun. Di Indonesia sendiri, limbah popok juga banyak ditemukan di sungai dan kali. Di Sungai Brantas, diperkirakan ada 3 juta popok sekali pakai dibuang ke sungai setiap harinya. Hmm, bagaimana ya dengan Sungai Martapura? Kayaknya nggak jauh berbeda deh. Heu.
Baca juga : 4 Tanda Si Kecil Siap Toilet Training
Kiat mengolah diaper
Mengingat bagaimana besarnya kontribusi diaper sebagai penyumbang sampah di bumi, saya sadar banget harusnya bisa melakukan upaya untuk mengurangi pemakaian diaper inI. Nah, ketika mengetahui ada kulwap tentang pengolahan diaper, saya pun langsung tertarik ikut. Kulwap dengan tema"Cerdas Mengolah Diapers" ini diisi oleh narasumber Anita Risky, S. KL Founder Rumah Diaper yang juga merupakan Sanitarian Puskesmas Pulowijen Kota Malang. Bagaimanakah kiat penanganan diaper yang dibagikan oleh mbak Anita? Berikut rangkumannya:
Bersihkan sebelum dibuang
Sebelum membuang ke tempat sampah, pastikan untuk membuang bekas BAB ke kloset terlebih dahulu. Caranya cukup dengan dialiri air dan dipastikan tidak ada sisa BAB untuk kemudian dibuang ke tempat sampah
Buang di tempat sampah terpisah
Dalam membuang diaper, siapkan tempat sampah khusus yang tidak dicampur dengan sampah rumah tangga lainnya. Selanjutnya buang sampah diaper di tempat sampah yang ada di TPS, bukan di kali atau sungai
Olah kembali menjadi pupuk/media tanam
Ternyata bagian dalam dari diaper bisa dijadikan media tanam, lho. Caranya gunting bagian dalam diaper mengikuti pola, lalu keluarkan hidrogel yang ada di dalamnya dan letakkan pada tanaman. Hidrogel sendiri merupakan bahan yang digunakan dalam diaper. Hidrogel yang paling umum digunakan untuk popok adalah sodium
polyacrylate. Bahan ini ditambahkan pada popok untuk menyerap urine dan
mengurangi kelembaban di kulit bayi sehingga membantu mencegah ruam
popok.
Keunggulan dari media hidrogel ini antara lain:
- Gel tersebut sangat bagus menyerap air sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah
- Gel tersebut sebagai media nutrisi dan pupuk cair
- Gel tersebut bisa bermanfaat untuk menjaga cairan nutrisi agar tidak cepat kering
- Gel dapat mengurai di tanah dalam waktu 2 minggu
- Gel yang memiliki daya serap tinggi dapat menyimpan air sampai 1 minggu sehingga tanaman tidak perlu disiram setiap hari
Namun perlu diingat jika hidrogel yang digunakan adalah bekas BAB, maka sebaiknya digunakan untuk tanaman hias saja. Sementara untuk hidrogel bekas BAK bisa digunakan untuk semua tanaman. Hal ini karena poop (BAB)/tinja manusia mengandung puluhan
miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.
Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri
Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio cholerae penyebab
kolera, virus penyebab hepatitis A. Jadi dikhawatirkan bakteri ini akan
memyebar ke tanaman. Sedangkan urine adalah sisa metabolisme yang tidak terdapat bakteri
berbahaya di dalamnya.
Baca juga : [Materi Kulwap] Melatih Kecerdasan Emosional Anak untuk Mendukung Daya Pikirnya
Baca juga : [Materi Kulwap] Melatih Kecerdasan Emosional Anak untuk Mendukung Daya Pikirnya
Olah kembali menjadi kerajinan tangan
Selain bagian dalamnya, bagian luar dari diaper juga bisa dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Saat ini kita bisa menemukan kerajinan tangan berupa bunga, vas bunga dan suvenir. Bagian yang digunakan untuk kerajinan tangan ini adalah bagian luar dari diaper. Tentunya sebelumnya diaper yang akan diolah ini dibersihkan terlebih dahulu.
Cara membersihkan diaper
- Diapers yang telah di pakai jika mengandung BAB maka sikat lembut sambil di aliri dengan air sampai bersih di closet. Jika tidak bekas BAK cukup dialiri air hingga diapers menggumbung ( ini agak gel mudah dilepas)
- Gunting atau sobek mengikuti pola , keluarkan seluruh gel dan masukkan kedalam wadah ( pisahkan antara gel bekas BAB dab BAK)
- Masukkan diapers yang sudah diambil gelnya kedalam ember berisi air bersih secukupnya, peras
- Siramkan air tersebut ke tanaman (usahakan hidrogel tidak masuk pada closet atau saluran air karena sifatnya yg menyerap air dapat menyebabkan saluran tersumbat)
- Rendam diapers dengan detergen selama 15-20 menit, bilas
- Rendam diapers dengan pewangi selama 20 menit
- Jemur diapers seperti menjemur pakaian
- Diaper yang sudah kering siap diolah menjadi berbagai kerajinan dengan nilai jual tinggi
Mengurangi penggunaan diaper
Cara terakhir sekaligus paling efektif dalam mengurangi limbah diaper pastinya adalah dengan mengurangi penggunaannya. Saat ini sebenarnya sudah cukup banyak ibu-ibu yang sudah beralih menggunakan clodi alih-alih diaper untuk anaknya. Clodi alias cloth diaper adalah popok kain yang memiliki insert yang bisa menampung urine bayi. Selain bisa mengurangi limbah akibat penggunaan diaper, penggunaan clodi ini juga pastinya bisa mengurangi pengeluaran rumah tangga mengingat clodi bisa dipakai dalam jangka panjang plus bisa diwariskan ke anak berikutnya juga.
Demikian sedikit ilmu yang saya dapatkan dari kulwap tentang "Cerdas Mengolah Diaper." Semoga saja ke depannya saya bisa mempraktikkan tips yang diberikan ini.
22 Comments
Kayaknya aku mesti praktekin nih, karena Masih buang diaper juga. Cuma pas ngebersihin diapernya itu jadi agak jijik ya, apalagi bekas BAB.
ReplyDeleteIya, mbak. Kalau BAB memang agak jijik, ya.
DeleteTrims mba, sangat bermanfaat. Salam kenal dari saya Santi dg blog https://lemari-literasiku.blogspot.com
ReplyDeleteMasyaAllah ternyata isi diapers bekas bisa jadi pupuk dan media tanam ya mbak. Baru tahu saya. Makasih atas informasi yang bermanfaatnya
ReplyDeleteIya, saya juga baru tahu nih, mbak
Deletemasya Allah mba..aku baru tau kalo gel diaper bisa buat media tanam. selama ini bingung juga ngatasi limbahnya diapers. makasi ya mba
ReplyDeleteTernyata ada gunanya, ya, mbak isian diaper itu
DeletePenasaran mbak, diaper yang diolah lagi seperti apa ya? Aku juga penggiat kerajinan tangan dari sampah dan belum nemu cara untuk mengolah diaper ini.
ReplyDeleteDi Malang ada yang bikin, mbak. Kalau aku juga kurang tahu gimana cara mengolahnya. He
DeleteWah bisa di daur ulang. Hmmm menghemat sampah bgt nih
ReplyDeleteHalo mba. Keponakanku juga pakai diaper dan iparku slalu buang diaper di tempat yang berbeda mba. Dan di pisahkan gitu :)
ReplyDeleteduuuhh saya banget Mbak, dua bocah masih tergantung banget dengan diapers, huhuhuh. Tp yg bayik klo di rumah sebisa mungkin saya pakaikan clodi sih.
ReplyDeleteBaru tahu lho kalau luarannya itu bisa dijadikan kerajinan tangan gitu, kreatif banget ya :)
Ternyata diaper bisa jadi kerajinan juga, ih baru tahu aku tuh.
ReplyDeleteTipsnya bagus banget buat dicoba nih mbak
Baru tahu loh kalau gel diaper bisa jadi pupuk. Keren juga Mbak tipsnya. Semoga bisa mempratekkan dan sepertinya butuh niat dan usaha yang kuat bagi saya hehehe...
ReplyDeleteWow, mantap banget tipsnya, menginspirasi sekali ya untuk mengurangi sampah diapers... Selama ini br praktik no 1 dan 2 aja... Makasih mbak, sharing kulwapnya...
ReplyDeleteMashaAllah aku baru tahu loh mbak, kalau bekas diapers yang anak-anak pakai bagus untuk dijadikan pupuk, bida juga buat bikin kerajinan tangan
ReplyDeletebiasanya mah aku main buang aja bekas diapersnya
Artikelnya bermanfaat banget kadang saya suka miris ngeliat ibu2 buang diapersnya sembarangan..perlu baca nih artikel mba biar bsa tahu
ReplyDeletesaya baru tau kalau hydrogelnya bisa jadi pupuk mbak, dengan begini bisa ngurangi sampah diaper. ga kebayang 3 juta sampah dibuang tiap hari , huuuuu sedih ya , lingkungan
ReplyDeleteSelama ini sih kalau buang selalu aku pisahin sampahnya daei yang lain. Udah tau bisa diolah jd media tanam tapi blm tau caranya. Kalau artikel ini dilengkapi dengan video cara bikin media tanam dr popok oke juga kyknya mbak hehe
ReplyDeleteOh ternyata bagian dalam diaper yang seperti gel itu bisa dipakai untuk tanaman ya. Cuma memang harus dipisahin antara BAK dan BAB. Tapi ini bagus nih berarti bisa bantu kurangi sampah diaper karena diaper bekas pakai masih bisa dimanfaatkan untuk hal lain
ReplyDeleteNah ini ide kreatif diaper bisa diolah kembali dengan cara menjadi pupuk. Hmm, kasih tahu kakak nih, biar diaper Ponakan bisa diolah jadi pupuk
ReplyDeleteih, baru tau saya kalau gel diapers bisa buat pupuk tanaman. itu kan ada pipis yang keserap di hidrogelnya ya. apa ga pengaruh ke rasanya, Mom? Misalnya untuk tanaman buah.
ReplyDelete