Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi bazaar buku murah yang diadakan di depan salah satu dinas di kota saya. Saat itu sore hari, sekitar pukul 4. Hanya ada saya, anak saya, 2 orang gadis yang mungkin sedang mengerjakan tugas, seorang tukang parkir, dan 2 penjaga stand. Sementara itu, buku-buku begitu banyak bertumpuk seolah memanggil-manggil saya untuk membelinya.
Saya melihat beberapa buku. Ah, kayaknya nggak bakalan dibaca, kata saya akhirnya setelah menimbang-nimbang. Saya ingat beberapa waktu terakhir saya mulai tak produktif lagi dalam hal membaca. Banyak buku sudah dibeli tergeletak begitu saja di rak entah karena tak sempat dibaca atau ternyata tak sesuai ekspektasi saya. Lagipula saat itu kondisi saya sedang tidak senggang untuk memilih sekian dari ratusan buku yang ada. Saat saya sibuk memilih buku, anak saya juga sibuk berlari-larian di halaman dinas tersebut.Tak fokuslah pastinya saya.
Akhirnya saya putuskan membeli beberapa buku untuk anak saya. Buku impor seharga 5000 rupiah satu bukunya. Saat akan membayar, saya bertanya kepada penjaga stand, kapan bazaar buku akan berakhir. "Masih lama, Bu. Sampai akhir September," jawabnya. Oke, semoga tanggal itu saya bisa ke sana lagi dan masih ada uang untuk membeli buku lagi, kata saya dalam hati.
Baca juga : 10 Kunci Agar Hidup Lebih Bahagia
Ketika tak produktif lagi membaca
Sejak kecil saya sudah hobi membaca. Hobi yang umum sekali sebenarnya. Masa itu, saya cukup beruntung bisaberlangganan majalah Bobo untuk memuaskan keinginan membaca. Saya juga cukup sering mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mendapatkan aneka buku bacaan. Bahkan saat kuliah, saya sempat bekerja sampingan di sebuah rental buku. Sebuah pekerjaan yang menyenangkan karena selain bisa dapat uang tambahan saya juga bisa membaca banyak buku dan komik secara gratis.
Setelah bekerja, saya mulai rajin mengoleksi buku. Bacaan saya sendiri sejujurnya tak jauh-jauh dari kisah romance, young adult dan sesekali fiksi sejarah. Itu adalah 3 genre yang paling saya suka hingga sekarang. Selain itu, belakangan saya juga mulai membaca buku bertema travelling yang pastinya membuat saya mupeng pengen jalan-jalan.
Sayangnya seperti yang saya tulis di atas, saat ini produktivitas membaca saya semakin menurun. Buku-buku yang saya beli teronggok begitu saja di rak menanti saatnya dibaca. Kebanyakan sih buku yang saya beli saat bazar atau buku diskon yang kadang penampilannya sudah kusam namun temanya saya suka. Sadar akan hal ini, saya akhirnya memutuskan untuk tak lagi membeli buku secara impulsif hanya karena harganya murah. Saya ingin membeli buku yang benar-benar saya baca. Atau untuk sekarang, buku untuk anak saya.
Tetap membaca meski tanpa buku
Berbagai aplikasi membaca di playstore |
Memiliki hobi membaca namun tak memiliki koleksi buku memang agak hambar, ya kedengarannya. Namun nyatanya seiring dengan perkembangan jaman, tak sulit lagi bagi kita untuk bisa tetap membaca tanpa harus memiliki buku. Sejak beberapa tahun terakhir, bermunculan perangkat yang membuat kita bisa tetap membaca meski tanpa buku. Mulai dari ebook reader hingga sekarang berupa aplikasi membaca yang bisa diunduh gratis di playstore seperti. Tinggal pilih mau yang bukunya gratis atau berbayar yang pastinya bisa lebih menghemat pengeluaran keluarga. Saya sendiri memilih aplikasi Perpustakaan Digital sebagai sarana untuk tetap bisa membaca buku.
Nah, beberapa keuntungan yang bisa saya dapat dari membaca lewat Perpustakaan Digital ini antara lain:
Praktis, hanya dengan 1 perangkat untuk berbagai bacaan
Yup. Hanya dengan modal ponsel saya bisa membaca berbagai macam genre bacaan. Ipusnas, misalnya. Perpustakaan digital yang satu ini memiliki koleksi bacaan fiksi yang cukup lengkap. Mulai dari novel tahun 80-an milik Mira W hingga novel Tere Liye bisa didapatkan di sini. Stok yang disediakan juga biasanya cukup banyak jadi saya tak perlu takut ke kehabisan. Bagi penganut metode Konmari, membaca dengan perangkat ini juga sepertinya cocok diterapkan untuk mengurangi tumpukan barang di rumah. He.
Minim biaya
Untuk saya yang termasuk golongan Mak Irit, adanya perpustakaan digital sangat membantu dalam menghemat pengeluaran. Hanya dengan modal kuota, saya bisa membaca sekian buku yang kalau dibeli fisiknya mungkin menghabiskan ratusan ribu. Untuk masalah royalti, saya juga tak perlu risau karena dalam sistem perpustakaan digital, buku yang disediakan merupakan versi ebook yang sudah dibeli oleh perpustakaan digital sehingga penulis tetap dapat royaltinya.
Di luar beberapa keuntungan yang dimiliki, membaca dengan perangkat digital tentunya masih memiliki kekurangan. Kekurangan terbesarnya pasti terletak pada buku yang tidak bisa dikoleksi. Bagi mereka yang benar-benar mencintai buku dan wangi kertasnya, hal ini pastinya mengurangi kenikmatan saat membaca. Tak hanya itu, tanpa adanya bentuk fisik, kita mungkin akan kesulitan memberikan literatur untuk anak-anak kita nanti. Karena itulah tetap perlu bagi kita untuk memiliki buku-buku dalam bentuk fisik di tengah serangan era digital ini.
Bulan September sendiri di Indonesia dicanangkan sebagai bulan Gemar Membaca. Tak hanya itu, di bulan ini juga ada 2 peringatan yang berkaitan dengan buku yakni Hari Kunjungan Perpustakaan dan Hari Literasi Internasional. Untuk memperingati hal ini, komunitas Female Blogger Banjarmasin mengadakan FBBKolaborasi dengan tema Hari Gemar Membaca. FBBKolaborasi ini sendiri merupakan kegiatan menulis bareng yang rutin diadakan setiap bulan oleh komunitas Female Bloggerof Banjarmasin.
69 Comments
Benar Mbak, wangi buku cetak memang tak kan tergantikan 💕
ReplyDeleteTapi saya punya aplikasi perpustakaan digital juga kok di smartphone saya. Lumayan bisa baca2 dari sana kalau saya lagi tak bisa bawa buku cetak pas lagi keluar rumah.
Perpustakaan digital yg saya unduh adalah iJak dan iPusnas. Semoga nanti ada iKalsel juga ya 😁
Ikalsel ada juga setahuku tapi bukunya kurang banyak
DeleteWah benar Mbak, iKalsel jg ada. Saya suka warna backgroundnya merah-merah cantik, hihihi. Thank you infony, Mbak 😘
DeleteMeskipun sering baca artikel online atau buku online atau e-book yang didonwload, tapi tetap saya masih punya semangat membeli buku apalagi pas bazaar yang sayangnya tidak diselenggarakan di kota kami hahaha. Mengoleksi buku itu semacam candu :D
ReplyDeleteWangi buku itu ... uhuy!
Wah semoga nanti bakal ada bazar buku ya di sana
DeleteInsha Allah ... :)
Deletewaaa saya banget nih mb, produktivitas membaca juga uda sangat menurun. buku tersimpan manis di lemari :D
ReplyDeleteIya, mbak. Makin tua makin susah bagi waktunya. Hihi
DeleteBetul. Wujud fisik buku cetak ni khas tak tergantikan. Apalagi kl ada ttd penulisnya. Wiihh tambah mantep!
ReplyDeleteSenang banget ya ka pastinya kalau dapat tanda tangan penulis bukunya
DeleteIya sih mba bener klo buku digital banyak unggul di berbagai poin, tapi saya tetap prefer buku fisik karena mata ga bisa kompromi baca lama2, suka lieur dan ga tau kenapa klo kebnayakan liar hp emosi jadi ga stabil (katanya sih ada hubungannya) dan aku tipe yang kalo udah memulai cerita harus dihabiskan as soon as possible
ReplyDeleteNah kalau aku baca buku seringnya dicicil makanya bisa lama selesainya. Kadang malah sampai ngulang beberap bab lagi. Kecuali buku kayak tere liye baru deh cepat bacanya. Hehw
DeleteBujur bnr, walaupun sgt trbantu dg bacaan digital tapi buku tetap gak boleh ditinggal.
ReplyDeleteYup :)
DeleteAku juga pakai aplikasi ipusnas nih mbak. Tapi sayangnya cuma dua hari aja dan kemudian harus pinjem lagi. Memang lebih asik kalo baca buku biasa daripada ebook ya mbak.
ReplyDeleteIya. Trus kadang pas mau pinjam lagi sinyal lelet atau bukunya antri. Wkwkwk
DeleteAku baca buku digital biasanya pas jalan-jalan. Buat mengisi waktu. Aku termasuk yang nggak bisa baca ebook lama-lama. Kadang juga bawa buku tapi bikin berat koper ya.
ReplyDeleteSaya juga, mbak. Baca ebook kalau lagi nunggu apa gitu dan pas nggak ada buku yang dipegang
DeleteBuku fisik tidak tergantikan...tapi sudah membiasakan juga dg ebook. Cuma ga bisa lama karena sinar biru tdk sehat.
ReplyDeleteIya. Bikin mata rusak ya
Deletewah ternyata ada aplikasi punya pemerintah untuk bisa baca buku, banyak buku malahan. tapi saya lebih suka baca hardcopy daripada digital. rentan mata sakit mba
ReplyDeleteIya. Ada banyak sekarang aplikasinya
DeleteAku termasuk yang masih senang membaca dan koleksi buku fisik. Tapi ya itu, kendalanya kalau sedang malas baca nggak disentuh. Pernah coba baca ebook, enak sih yaa nggak semahal buku fisik, bisa baca di mana aja, dan banyak jenis buku yg bisa dibaca. Cuma ya ituu, jadi gak bisa dipajang di rak buku hihi
ReplyDeleteJadi ada yang kurang ya rasanya kalau pecinta buku nggak ada buku yang dipajang
DeleteSama, Mbak. Aku jg suka baca, tapi akhir2 ini produktivitas bacanya LG turun bgt. Udah ngecengin mu install ipusnas, tapi blm aja...
ReplyDeleteKadang memang suka sesuai mood ya membaca ini
DeleteEntah kenapa aku paling ga bisa baca2 dr hp hihi, mata cepat cape klo baca dr hp, sekalipun dr tab yg ukurannya lbh besar. hp cuma aku pakai buat chat & akses sosmed doang hihihi
ReplyDeleteHihi kalau aku sudah biasa kayaknya baca buku dari hape
DeleteKyknya kalo masalah baca buku di era digital ak plg ketinggalan bngt. Percaya ato enggak ak sm sekali g pernah tamat baca buku dr hp. Haha.
ReplyDeleteAku malah sejak ada aplikasi ijak terbantu banget buat urusan bacaan. He
DeletePerpus digital memang solusi paling oke kalo lagi bokek ga bisa belanja buku �� Tapi, aku tetep setia sama buku cetak, secara bisa dipajang di rak buku dan di foto2 sih ��
ReplyDeleteIya. Kalau baca buku digital bingung pas mau review nggak ada foto produknya. Hihi
DeleteAku sih awalnya kekeuh maunya buku cetak. Sekarang sudah bisa beradaptasi dengan era digital. Yang penting itu, kita tetap membaca.
ReplyDeleteAku buku cetak malah sering terbengkalai sekarang
Deletesetuju sama kata wangi buku cetak 😁
ReplyDeleteAplikasi buku digital memang banyak sudah di playstore, tapi aku masih setia sama satu aplikasi yang menurut nisa waw banget 😁 itu aplikasi watpadd salah satu aplikasi yang ada di era digital, dengan adanya aplikasi digital ini jadi bisa memudahkan membacaa dikala senggang hihihhi
Nah watpadd ini sekarang juga pada dibukukan ya tulisan mereka
DeleteDari beberapa aplikasi di atas, aku punya beberapa. Zaman berkembang, cara membaca pun bergeser ya ke lebih praktis. Meski tetap bagiku buku cetak adalah nomor satu. Hehe.
ReplyDeleteIya, buku cetak penting banget juga keberadaannya sebagai bukti literasi.
DeleteHahaha, bener banget mba sekarang mau baca udah gampang banget. Dan apalagi sekarang era digital banget, gak perlu bawa buku kesana kemari cukup bawa handphone semuanya ada. Mau baca apapun itu.
ReplyDeleteIya. Yang penting ada kuota dan baterai hape ya full. Hehe
DeletePerpus digital itu memang spesial banget, jadi bisa baca buku apa aja, kapan aja nggak perlu bayar mahal. Tapi, saya tetap selalu beli buku ketika jalan ke mall, belok dulu ke toko buku, ngecek apa ada buku sy juga di sana..hehe, suka penasaran. Dan pulang bawa beberapa. Dua-duanya sama-sama menariknya.
ReplyDeleteKalau saya beli buku banyak mikirnya sekarang soalnya takut nggak kebaca. Heu
DeleteIpusnas koleksi bukunya banyak gak ya mbak? Pengen install juga ahh kalo banyak.
ReplyDeleteLumayan banyak dan update, mbak
DeleteAaahh merindukan waktu bisa baca buku lagi.
ReplyDeleteTapi agak susah, karena waktunya lebih dipakai ngeblog hahaha.
Baru tau saya aplikasi ini.
Mau install ah, buat baca2 :)
Iya. Aku juga gitu lebih sering ngeblog dan blogwalking sekarang
DeleteSaya sering kalap kalo liat buku murah, tapi sekarang saya punya trik sendiri. Saya membeli buku yang benar-benar saya ingin baca, setelah selesai biasanya buku itu saya buat semacam Games (buat diri sendiri, hihi) Random Act Of Kindness. Saya suka bungkus kayak kado lucu gtu, trus saya tinggalin di tempat umum atau transportasi umum dengan sedikin pesan lucu-lucuan.. hahha.. puas membaca dan bukunya tetap berguna buat orang lain (kalo dibaca juga.. hahaha..)
ReplyDeleteWah keren, mbak aksinya
DeleteAku masih koleksi buku sampai sekarang lho Mba. Nothing beats the feeling of holding those books and smell each page of it. Aku baca di Whatpad juga sih.. enaknya memang bisa baca di mana aja dan kapan aja ya.
ReplyDeleteKayaknya masih wajib banget juga, mbak buat punya koleksi buku. Tapi koleksinya yang benar-benar disukai aja kayaknya. He
DeleteWih! Kolaborasi kali ini semoga aku bisa ikut!
ReplyDeleteKalau buku aku banyak koleksi yang beli tapi belum dibaca. Hhuhuu
Ayo dicicil baca bukunya :)
Deletewah kita sama nih mbak, saya juga udah jarang baca buku dan banyak buku di rumah yang belum dibaca. walhasil kalau mau beli buku mikir2 dulu dan seringnya beli buku untuk anak aja
ReplyDeleteDaripada sayang bukunya rusak sebelum dibaca ya, mbak. He
DeleteAku suka baca dan masih suka beli buku dan majalah, masih menikmati lembaran halamannya :)
ReplyDeleteSampe sekarang aku masih gak bisa nyaman baca e-book. Buatku membaca paling nyaman itu ya kalo bisa sambil bolak-balik halaman kertasnya, hehehe
ReplyDeleteDan harus dilandasi niat kuat buat membaca sih mba. Aku lagi punya masalah ini. I used to love books so much (i still do btw!), tapi kebanyakan ditumpuk di sudut kamar. Aku selalu beralasan "nggak punya waktu". Padahal sebenarnya ya aku nggak memprioritaskan membaca. Seandainya dibiasakan ngasih waktu 10 menit sebelum tidur, misalnya, pasti masih sempat.
ReplyDeleteNah bisa juga gitu ya. Harus diadakan waktu untuk membaca buku tiap harinya
DeleteSedihnya sudah nggak nyempatin lagi baca buku. Sama Mbak, banyak buku di lemari yang aku beli belum juga dibaca-baca.
ReplyDeleteKalah prioritas sama yang lain ya, mbak bukunya
DeleteSaya juga punya banyak buku yang menumpuk belum dibaca. Setiap membaca, baru 1 halaman saya sudah ngantuk luar biasa. Tapi ini bagus jg sih buat kita yang mau hemat biaya beli buku
ReplyDeleteBuku fisik tdk tergantikan y mba. Tp ak punya aplikasi u baca2 d perjlnan or tmp umum krn aplikasi lbh ringan drpd buku fisik
ReplyDeleteIya, mbak. Aku juga sekarang lebih sering baca di aplikasi
DeleteSaya kok nggak puas ya kalau baca buku tanpa memilikinya. Hahaha...
ReplyDeleteSaya sering beli buku yang bahkan sudah pernah saya baca di perpus. Kalau rak buku saya penuh rasanya puas gitu. Padahal yaaa nggak semua buku sudah dibaca.
Kalau saya sekarang yang penting sudah baca bukunya, mbak. Heu
DeleteSaya termasuk tipe yang lebih senang membaca buku konvensional dibanding ebook. Baca ebook itu kalo kepaksa aja ^_^
ReplyDeleteOiya, salam kenal.
Sama. Frekuensi baca buku saya juga udah turun. Tapi nggak juga beralih ke digital. Mata cepat lelah baca di hp
ReplyDeleteHalo Mba Antung, salam kenal! :)
ReplyDeleteSaya juga koleksi buku! Tapi kekurangannya memang sangat memakan tempat, apalagi kalau bukunya sudah sangat banyak... Udah berapa lama berusaha baca e-book, tapi tetap susah... Saya lebih mudah ingat dan mencerna kalau memegang buku langsung, melihat posisi tulisan atau gambar di setiap halaman, merasakan ketebalan lembar yang dipegang, sensasi yang benar-benar gak kan bisa digantikan oleh e-book...
sebelum nikah buku2 saya sudah saya sumbangkan ke rumah baca. Rasanya kalau mau mengkoleksi kembali ke nol lagi. Sejauh ini beli buku online dan dari postingan ini jadi tahu mana yang bagus buat baca ebook (daripada beli bukunya lagi hehe).
ReplyDelete