Setelah usianya menginjak 1 tahun, ada banyak perkembangan yang terjadi pada putri saya Yumna. Mulai dari kemampuan berjalan hingga kemampuan berbicaranya yang semakin meningkat. Saat ini, Yumna sudah lancar berjalan, mengerti beberapa instruksi yang diberikan, meniru ibunya saat dandan, mengenali beberapa benda dan menyebutkan namanya meski cuma sepotong.
Sebagai ibu, jelas saya takjub dengan perkembangannya di usia 1 tahun ini. Beberapa hari yang lalu misalnya, Yumna tiba-tiba saja memanggil saya "Mama" ketika saya tiba untuk menjemputnya di rumah ibu asuhnya. Padahal biasanya dia nyaris tak pernah bisa memanggil saya dan lebih sering memanggil ayahnya dengan sebutan "Abah." Jelas dong saya terharu ketika mendengar putri saya memanggil saya dengan sebutan Mama.
Selain perkembangan motorik dan bahasa yang semakin meningkat, perkembangan emosi juga tentunya berlaku pada Yumna. Untuk yang satu ini, saya juga sukses dibuat kaget terutama saat Yumna mengalami tantrum untuk pertama kalinya. Ya, tantrum yang katanya adalah momok bagi para orang tua yang memiliki anak berusia 1-4 tahun.
Sebagai ibu, jelas saya takjub dengan perkembangannya di usia 1 tahun ini. Beberapa hari yang lalu misalnya, Yumna tiba-tiba saja memanggil saya "Mama" ketika saya tiba untuk menjemputnya di rumah ibu asuhnya. Padahal biasanya dia nyaris tak pernah bisa memanggil saya dan lebih sering memanggil ayahnya dengan sebutan "Abah." Jelas dong saya terharu ketika mendengar putri saya memanggil saya dengan sebutan Mama.
Selain perkembangan motorik dan bahasa yang semakin meningkat, perkembangan emosi juga tentunya berlaku pada Yumna. Untuk yang satu ini, saya juga sukses dibuat kaget terutama saat Yumna mengalami tantrum untuk pertama kalinya. Ya, tantrum yang katanya adalah momok bagi para orang tua yang memiliki anak berusia 1-4 tahun.
Tantrum dan pengertiannya
Menurut Wikipedia, tantrum (atau tantrum temper) adalah ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan. Pada anak-anak sendiri, tantrum bisa terjadi ketika ia menginginkan sesuatu namun tidak dapat mengungkapkannya. Hal ini disebabkan karena kemampuan bahasanya yang belum bisa memahami struktur kalimat yang kompleks secara benar.
Tantrum pertama pada Yumna sendiri terjadi ketika usianya kurang lebih 13 bulan. Jadi, sore itu saya mengajak suami dan Yumna membeli roti bakar di depan gang. Kebetulan hari itu saya sedang berpuasa untuk mengganti hutang puasa di bulan Ramadhan tahun lalu. Berhubung saya tak sempat membuat apapun sepulang kerja, mau tak mau kami harus keluar rumah untuk membeli makanan berbuka.
Adzan magrib berkumandang saat akhirnya kami kembali ke rumah. Setiba di rumah, saya dan suami salat Magrib bergantian. Ketika giliran saya akan salat, tampak Yumna menunjuk-nunjuk ponsel saya yang sedang di-charge. Rupanya dia ingin menonton lagu kesukaannya di youtube. Suami menolak permintaan Yumna dan berusaha mengalihkan perhatian putri kami itu. Nah karena permintaannya ditolak, menangislah putri kami. Suami berusaha mengacuhkan tangisan putri kami dan akibatnya ternyata fatal. Tangisan putri saya semakin menjadi-jadi.
Setelah menyelesaikan salat, saya pun berusaha menenangkan Yumna dengan memberikannya ponsel yang diinginkannya. Sia-sia saja. Putri saya itu tetap menangis meraung-raung bahkan hingga 1 jam lamanya. Berbagai usaha saya kerahkan agar Yumna mau berhenti menangis. Mulai dari menggendong hingga mengajaknya melihat komputer pamannya. Namun semuanya tak berhasil menghentikan tangisannya. Saya kemudian hanya bisa memeluknya dan membacakan doa-doa agar tangisnya mau berhenti. Pada akhirnya, Yumna mau berhenti setelah neneknya tiba dari pengajian dan menggendongnya.
Meski sudah berhenti menangis dan tertidur, drama tantrum rupanya belum berakhir. Malam itu, Yumna menolak diberi ASI. Biasanya dalam semalam dia akan minum ASI minimal 2 kali. Nah, setelah tantrum ini, saya harus membujuknya berkali-kali agar mau minum ASI. Duh rasanya sedih sekali melihat sosoknya yang biasa ceria jadi melow begini. Tambahan lagi besoknya anak saya itu jadi demam entah karena terlalu lama menangis atau memang karena daya tahan tubuhnya yang melemah 😢
Meski sudah berhenti menangis dan tertidur, drama tantrum rupanya belum berakhir. Malam itu, Yumna menolak diberi ASI. Biasanya dalam semalam dia akan minum ASI minimal 2 kali. Nah, setelah tantrum ini, saya harus membujuknya berkali-kali agar mau minum ASI. Duh rasanya sedih sekali melihat sosoknya yang biasa ceria jadi melow begini. Tambahan lagi besoknya anak saya itu jadi demam entah karena terlalu lama menangis atau memang karena daya tahan tubuhnya yang melemah 😢
Tips Menghadapi Anak yang Tantrum
Menghadapi anak tantrum untuk pertama kalinya ini jelas memberikan pelajaran baru untuk saya dan suami sebagai orang tua. Satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah anak yang tantrum bisa memancing emosi dari orang tua, karena itu sebisa mungkin kita harus bersabar dan mengatur emosi saat menghadapi anak yang sedang tantrum. Selain itu, dalam menghadapi sosoknya yang marah, saya sekarang juga berusaha untuk bisa mengalihkan perhatian Yumna saat dirinya mulai marah karena saya larang melakukan sesuatu.
Misalnya saat masih ingin menonton video di youtube padahal saya merasa durasinya sudah lama, maka saya akan berusaha mengalihkannya dengan mengambilkan mainan atau buku kesukaannya. Saya juga berusaha memberikan pengertian tentang beberapa hal yang tidak boleh dia lakukan. Untuk saat ini alhamdulillah trik ini cukup efektif untuk mencegah tantrum pada Yumna. Ke depannya, mungkin saya harus lebih menyiapkan diri untuk menghadapi level tantrum yang lebih tinggi dari anak saya.
Misalnya saat masih ingin menonton video di youtube padahal saya merasa durasinya sudah lama, maka saya akan berusaha mengalihkannya dengan mengambilkan mainan atau buku kesukaannya. Saya juga berusaha memberikan pengertian tentang beberapa hal yang tidak boleh dia lakukan. Untuk saat ini alhamdulillah trik ini cukup efektif untuk mencegah tantrum pada Yumna. Ke depannya, mungkin saya harus lebih menyiapkan diri untuk menghadapi level tantrum yang lebih tinggi dari anak saya.
Belakangan saya membaca sebuah buku berjudul Anti Stres Menghadapi Tantrum pada Anak yang ditulis oleh Dian Farida Ismyama. Dalam bukunya ini, penulis berbagi kisahnya menghadapi anaknya yang kadang masih sering tantrum bahkan setelah usianya 1 tahun. Tantrum pada anak sendiri ternyata bisa terjadi karena emosi dan bisa juga karena strategi. Nah, beberapa cara yang bisa dilakukan saat anak sedang tantrum diantaranya:
Mengajak anak merefleksikan emosinya
Kadang anak yang tantrum terjadi karena mereka kesulitan mengungkapkan emosinya. Sebagai ibu, tugas kitalah untuk mengenalkan jenis-jenis emosi ini kepada anak. Jadi ketika anak tantrum kita bisa membantunya untuk mengetahui emosinya dengan bertanya apakah anak merasa marah, sedih atau emosi lainnya.
Memeluk Anak
Pelukan juga bisa menjadi salah satu cara untuk membantu anak dalam meredakan tantrum yang dirasakannya. Tentunya sebelum memeluk anak ini kita harus meminta izin terlebih dahulu kepada anak karena bisa jadi anak tidak ingin dipeluk dan malah semakin memberontak saat dipeluk.
Mengajak anak berpindah ruangan
Saat anak tantrum, ibu juga bisa mengajak anak berpindah ke ruangan yang lebih nyaman. Kadang anak memang bisa tantrum di tempat-tempat yang kurang kondusif seperti di mall atau di tempat yang sebenarnya tidak nyaman. Untuk itu ibu bisa mengajak anak ke tempat lain agar bisa meredakan emosinya.
Menyejajarkan mata saat berbicara dengan anak
Jika emosi anak sudah mereda, ibu bisa mulai mengajak anak bicara lebih dalam. Dalam mengajak anak berbicara ini sebaiknya ibu menyejajarkan matanya dengan anak bisa dengan mengajak anak duduk bersama atau ibu berjongkok saat berbicara dengan anak.
Berbicara dengan verbal, voice dan visual yang netral
Saat berbicara dengan anak, usahakan nada bicara yang digunakan netral. Jangan sampai ibu membentak, memarahi, mengancam atau berbicara dengan nada tinggi kepada anak. Dengan berbicara dengan nada netral ini pastinya membuat anak lebih nyaman saat meredakan emosinya.
Itulah dia sedikit cerita dan tips yang bisa saya bagikan saat menghadapi anak yang tantrum. Untuk ibu-ibu yang lain, boleh dong sharing juga pengalamannya saat menghadapi anak tantrum untuk pertama kalinya :)
47 Comments
Pengalaman penting menghadapi anak tantrum, aku juga pernah
ReplyDeleteToss, mbak :)
Deleteanak tantrum harus disikapi dengan bijak ya
ReplyDeleteIya. Soalnya ibunya bisa emosi lihat anaknya nangis terus nggak mau berhenti
DeleteSabar .. sabar ....
ReplyDeleteItu yang selalu aku lakukan jika anak rewel ataupun tantrum, mba. Anak mungkin tak tahu bagaimana cara untuk mengeskpresikan apa yang diinginkan dan melakukan yang ia bisa yakni tantrum :)
Iya, mbak. Harus sedia stok sabar yang banyak kalau menghadapi anak ya
DeleteAnak-anak saya gak pernah tantrum, Mbak. Biasanya kalau mereka mulai terlihat sedih atau menangis, saya langsung mendekat dan ajak bicara. Minimal saya peluk dulu. Kalau masih menangis juga selama sekian menit apalagi semakin ngamuk, saya mulai kasih peringatan. Boleh nangis tapi jangan berlebihan. Saya baru akan bicara kalau amarahnya udah reda, abis itu saya tinggalin. Tapi pastiin dulu di sekelilingnya aman. Dalam artian gak ada barang yang bisa dilempar atau apapun.
ReplyDeleteBiasanya kalau saya atau suami mengabaikan begitu, marahnya cepat reda. Begitupun kalau di depan umum. Gak akan kami ladenin kalau ada tanda-tanda mereka bakal ngambek.
Mungkin bagi beberapa orang, kami kayak tega banget ma anak. Tapi buat kami, cara begini ampuh untuk meredakan amarah mereka. Nanti setelah reda amarahnya, baru diajak ngobrol. Ketika anak-anak masih batita pun kami sudah melakukan cara seperti ini :)
Kemarin didiamin dia nangisnya malah tambah parah, mbak. Sampai nggak tega saya lihatnya. Tapi semoga aja nanti bisa menerapkan tipsnya
DeleteMenghadapai anak tantrum memang agak menguras emosi ya. Apalagi keadaan sedang lelah atau sakit. Anak pertamaku jarang tantrum di depan umum, nah pas anak kedua nich hobynya tantrum di depan umum.
ReplyDeleteMenurut yg saya baca, saat anak tantrum, sebaiknya orang tua nyante saja, jangan ikut terpancing emosinya. Saya sudah coba beberapa kali saat anak tantrum, lumayan terbantu sich Mbak...karena kalau anak tantrum karena keinginannya ndak dikabulkan, trus dengan tantrum kok dikabulkan, hal itu bisa menjadi "senjata" bagi mereka.
Jadi, suatu saat kalau minta ndak dikasih, ya nangis aja, kan repot kalau terbawa sampai besar. Nah setuju sama Bunda Kenai, sering-sering ajak anak ngobrol dan peka saat anak berubah emosi.
Iya, yang saya baca juga begitu tipsnya. Semoga aja nanti bisa menerapkan
DeleteBener mba,anak tantrum memang bs bikin ortu ikut emosi.dulu saya sering terpancing emosi. Makin kesini, makin berusaha mengendalikan. Jd skrg biasanya saya diamkan saja. Byk liat di yutub kalo anak nangis, atau emosi jgn di suruh diam. Biarkan dia meluapkan emosi baru di ajak nego. Kalo lagi emosi, ga bs di ajak nego. Lagian kalo di pendam nanti sampai besar anak akan terbiasa memendam perasaan kurang baik juga. Jd ya gitu, sabar dalam diam. Hehehe
ReplyDeleteHeeh. Aku kemarin sampai harus menjauh dulu biar nggak marah-marah ke anak yang lagi nangis
Deletesaya punya keponakan laki2 mbak, dia sering tatrum, sering dimanjain sama ortunya, sampai suatu ketika tatrumnya sangking seringnya, orang tua mulai ambil alih dalam artian tidak mewujudkan apa yang anakna inginkan.
ReplyDeleteSangking seringnya nangis, terakhir "otot perutnya tertarik" entah gimana ceritanya jadi hernia. Kata orang2 sih karena sering nangis dan dibiarkan nangis lamaa sekali
Waduh bahaya juga ya kalau nangisnya kelamaan
Deleteyumna, sehat terus ya na, emaknya juga harus banyak sabar, sebaiknya ga bagus dibiarkan cry lama, dibujuk2 aja
ReplyDeleteIya, mbak. Kasian juga sih kalau lihat dia nangis kelamaan.
DeleteSampai skrg pun (menjelang 5thn), msh sering kambuh tu mba tantrumnya. Stress banget. Apalagi waktu dulu awal2. Sampe kadang saking stressnya, ya aku diemin aja di box bayi sampe nangisnya reda. Akhirnya berhenti juga. Memang sih katanya klo anak tantrum, ya biarin aja. Supaya dia tau klo tangisannya bukan senjata dia uyk memdapatkan sesuatu.
ReplyDeleteIya, mbak. Banyak yang ngasih tips begitu kalau anak tantrum
DeleteHalo mbak, semoga bisa sabar ya. Anak tantrum itu sebenarnya yg patut dikasihani, dia pengen sesuatu atau merasakan sesuatu, tapi gak sanggup mengekspresikan dgn tepat. Kebetulan tantrum anak saya agak ekstrim, seperti melempar barang, menjedotkan kepala, menyakiti ibunya. Alhamdulillah sekarang, dipelototin aja, udah manut, hehehe... Kalo boleh saran, konsisten aja antara mbak dan suami, dimanapun. Sikap di rumah dan di luar rumah harus sama. Anak2 itu cerdas kok, sadar ortunya bisa malu, mereka malah bikin perkara di tempat umum. Saya udah sering ditegur orang, krn menertibkan anak di tempat umum. Eh panjang jadinya, semoga segera berkurang tantrumnya yaa..
ReplyDeleteWah ngeri juga ya, mbak sampai jedotin kepala. Ibunya harus kuat nih kalau levelnya sudah begitu
Deletebenar kak. kalau tidak bisa mengendalikan emosi, malah makin memperparah situasi tantrum si anak ya ... nice share, kak
ReplyDeleteIya :)
Deletekebetulan aku belum punya anak jadi belum punya pengalaman kak.. hehe
ReplyDeletethanks sharing-nya kak, bermanfaat buat calon buibu
Semoga bermanfaat ya :)
DeleteTantrum ini memang luar biasa menguras tenaga dan emosi ortunya. Anakku yg bungsu sudah mulai bisa ngamuk kalo permintaannya nggak dituruti. Yg kakak jgn ditanya lagi, tantrumnya bikin seisi rumah ramai 😅
ReplyDeleteTantrumnya si kecil masih gampang ditangani. Biasanya tinggal dipeluk aja sambil disayang2, ngamuknya berenti. Tapi yg kakak lebih sulit diatasi. Kadang dipeluk aja berhasil, kadang juga nggak. Kalo pakai cara apa pun nggak berhasil juga, biasanya aku biarin aja sampai tangisnya reda sendiri sambil diusap-usap punggungnya. Nanti kalo sudah reda, dia jadi ceria lagi.
Wah kalau tantrumnya barengan benar-benar bikin pusing ya kayaknya
DeleteNah ini kemaren sempat viral postingan seorang ayah yg menangani anaknya yg tantrum di ruang publik. Jadi dibiarkan kan tuh anaknya jejeritan, jatuhin diri ke lantai (klo ga salah gitu fotonya juga ada), tapi ortunya ga berusaha mendiamkan, dipantau aja, malah sambil dipotoin anaknya tantrum (mungkin buat tulisan kali ya), katanya biarkan anaknya mengeluarkan emosinya, kalo udah berhenti sendiri baru dibicarakan baik2 ttg hal yg bikin tantrum dan kesepakatan nya.... Ternyataaa besok2nya ada tulisan psikolog yg diviralkan, menanggapi tulisan ortu sebelumnya, dia bilang kalo anak tantrum bukan dibiarkan, iya kalo dibiarkan emang bakalan berhenti sendiri krn capek, dan itu ga baik buat perkembangan psikologisnya, krn efeknya anak akan frustasi dan rentan stress.
ReplyDeleteHmmm, begitulah mba.... Antara 2 itu memang yg masih ada saat ini; dibiarkan tapi ortu tetap memantau anak atau ditenangkan, dialihkan perhatiannya dari si pembuat tantrum, sambil diajak berkomunikasi ttg kesepakatan
Wah aku baru tahu nih artikel viral itu. Jadi bingung pakai metode yang mana
DeleteAnak mb antung msh umur sgt emg susah kontrol tantrumnya. Anak ak pas udh kenal empati n simpati baru bs dikontrol tantrumnya. Tiap emak sih beda nanggulangin tantrum. Ak sendiri lbh sk diem kalo g terkontrol. Tp first kasih pengertian dulu ke dia. Tp jgn tll lama n membuat anak kt merasa dimanja. Kalau udh kasih pengertian dy masih ngamuk diem aj. Nanti jg anteng sendiri. Hihu
ReplyDeleteWah makasih masukannya, winda. Semoga nanti bisa diterapkan tipsnya
DeleteSharing yang sangat bermanfaat. Sepertinya saya setuju dengan komentar Latifika. Sebaiknya anak yang mulai menunjukkan tanda-tanda tantrum langsung didekati dan diajak komunikasi sebelum dia menumpahkan emosinya yang belum terkontrol dengan baik. Cuma ya kadang lelaki suka gak peka ya. Jadi maafkan kami para kaum lelaki ini. Hahaha.
ReplyDeleteMemang laki-laki suka begitu
DeleteBiasanya kalau sudah ada tanda-tanda anak ngambek (cemberut, melempar mainannya) saya langsung dekati dan memangkunya, memeluk sampai anak tenang. Setelah itu baru deh diajak ngobrol.
ReplyDeleteJika pangkuan dan pelukan tak bisa membuatnya tenang, saya pilih pergi meninggalkannya saja, pindah ke ruang lain, tapi masih sambil mengamati dari jauh. Biasanya, tahu kalau dicuekin dan ngambeknya nggak berhasil menakhlukkan mamanya, si bocah akan mendekat dan ndusel-ndusel
Makasih sharingnya, mbak :)
DeleteIlmu baru lagi �� saya baru tahu ternyata ketika anak rewelnya minta ampun tiu tatrum namany
ReplyDeleteNah. Nanti kalau jadi ayah udah nggak bingung dong ya :)
DeleteAnakku sih gak pernah tantrum, Mbak. Kalo rewel mah setiap anak pasti ngalamin. Sabar ... Itu koentji
ReplyDeleteMenjauh sebentar dari anak buat tarik nafas dan mendinginkan kepala, balik terus peluk dia sambil ditanyain apa yang bikin dia rewel. Itu sih yang biasa aku lakuin kalo anak rewelnya udah mulai masuk dalam tahap menguras emosi emak
Iya, mbak. Kadang aku juga kalau sudah emosi kutinggal bentar anaknya
DeleteAnak saya tantrum waktu naik kereta pulang kampung. Nangis hampir 1 jam. Huhuhu...ibu dan ayahnya kewalahan, di tempat umum pula. Pandangan sinis penumpang lain dan sebagian iba, mungkin ada beranggapan dasar pasangan muda gak becus ngasuhanak. Hahaha. Tapi tantrum pasti berlalu. Uhuy..
ReplyDeleteWah kalau di depan umum ini pasti bingung ya, mbak mau diapain
DeleteMak Lina, Mak Antung, si adek juga lagi mulai masanya tantrum niy, setiap emaknya mau kerja masyaAllah, deg degan, kalau nangis tantrum super lamaaa soalnya, bisa sampai sejam ga mauberhenti, berhenti pas udah capek, huhuhu, tapi bener, insyaAllah tantrum segera berlalu Mak ((senyum sam bil berdoa))
Deletewah semoga lama-lama tantrumnya berkurang ya, mbak.
Deletewaduh lama sx y mb mpe 1 jam, aku ga bisa kasih saran sih krn anakku ga sampe berjam2 palingan 15 menit paling lama itupun dy lgsg sadar dan minta maaf ke aku krn aku diemin. yg penting sabar y mba smg next ga tantrum lg
ReplyDeleteIya, mbak. Tapi alhamdulillah sih untuk sekarang belum pernah lagi nangis yang lama kayak gitu
DeleteWah makasih masukannya, mbak :)
ReplyDeleteNah, ini. Anak saya yang kedua jagonya tantrum. Sekarang usianya 3,5 tahun, tapi suka tantrum dan semakin pinter aja aksi tantrumnya. Sekarang, saya cenderung abaikan dulu selama dia tantrum, karena Najib sudah pandai ngeyel dan beradu argumen. Mending saya diam. Nah, kalau anaknya udah tenang. Baru deh saya dekati trus ajak ngobrol sambil.
ReplyDeleteMakin gede makin pintar ya, mbak tantrumnya
Delete